Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Sanksi Barat, Penjualan Mobil Rusia Anjlok 64 Persen

Penyusutan penjualan mobil Rusia merupakan imbas dari sanksi Barat yang berlanjut pada tahun ini.
Presiden Rusia Vlamidir Putin/Dok. Kremlin
Presiden Rusia Vlamidir Putin/Dok. Kremlin

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia mencatatkan penjualan mobil sebanyak 32.499 unit pada 2023. Realisasi itu menurun 64,52 persen secara bulanan (month to-month/mtm) dari Desember tahun lalu yang tercatat 91.622 unit.

Dilansir Reuters pada Selasa (8/2/2023), Kepala Asosiasi Bisnis Eropa (AEB) Alexey Kalitsev mengatakan penyusutan tersebut merupakan imbas dari sanksi Barat yang berlanjut pada tahun ini, sehingga industri otomotif di Rusia mengalami kesulitan.

"Masalah dengan sanksi dan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pasar Rusia di semua lini, tentu saja, tidak dapat mempengaruhi industri otomotif," katanya.

Industri otomotif Rusia sebelumnya sangat bergantung pada investasi Barat, kemitraan bersama, rantai pasokan, dan suku cadang. Alhasil, dengan beberapa sanksi dari barat membuat keseluruhan industri otomotif dari hulu ke hilir mengalami gangguan serius.

Padahal, AEB sebenarnya mengharapkan kinerja penjualan mobil di Rusia pulih selama 2023. Namun, harapan tersebut pupus ketika Rusia dan Ukraina masih berkonflik di tengah industri yang tengah berjuang untuk mengembalikan kembali kapasitas produksi.

Adapun, kondisi penjualan mobil di tengah-tengah konflik dengan Ukraina membuat kinerja produksi mobil Rusia merosot ke angka 67 persen atau hanya mampu memproduksi 450.000 mobil penumpang. Jumlah tersebut merupakan kinerja terburuk Rusia sejak sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.

Sekadar informasi, penjualan mobil di Rusia anjlok sebesar 58,8 persen pada 2022. Industri otomotif Rusia telah menjadi salah satu bagian ekonomi yang paling terpukul akibat dari penyerangannya ke Ukraina.

Di sisi lain, pembuat mobil global yang telah membangun pabrik di Rusia dalam beberapa dekade terakhir meninggalkan negara itu secara berbondong-bondong dan menghentikan pasokan ke Rusia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Farid Firdaus
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper