Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut ancaman resesi akan berdampak pada neraca dagang sektor otomotif tahun ini, di tengah menyusutnya surplus.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi mengatakan tahun ini permintaan pasar terkait ekspor otomotif diprediksi akan menurun sejalan dengan menyusutnya perekonomian global.
"Tantangannya memang di 2023 ini di mana ekonomi global diprediksi turun yang artinya permintaan akan turun," katanya kepada Bisnis, Jumat (27/1/2023).
Didi juga mengakui terjadi penyusutan surplus pada ekspor kendaraan bermotor dan bagiannya. Namun, menurutnya, tren ekspor masih tumbuh 15 persen.
"Betul menyusut surplusnya, tapi secara ekspor masih tumbuh 15 persen. Pertumbuhan ekspor kendaraan dan bagiannya di Januari - November 2022 masih positif 1,03 persen walaupun hanya lebih tinggi sedikit dari tren pertumbuhan impornya 1,02 persen," ungkapnya.
Kendati demikian, Didi menyampaikan tahun ini pemerintah akan terus berupaya untuk mendorong neraca perdagangan melalui diversifikasi pasar tujuan ekspor Tanah Air.
Baca Juga
Seperti yang diberitakan sebelumnya, neraca dagang produk otomotif yang dihimpun dalam kode HS 87 pada 2022 mencatatkan tren positif dengan mengalami surplus US$1,48 miliar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah surplus pada 2022 itu tidak lebih baik dari tahun sebelumnya yang berhasil mencetak surplus US$1,93 miliar. Alhasil, neraca dagang sektor otomotif itu mengalami penurunan 23,4 persen.
Sementara itu, secara volume berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ekspor CBU atau mobil utuh pada 2022 berhasil mencatatkan sebanyak 473.602 unit, tumbuh 60,7 persen dab CKD sebesar 96.541 unit, naik 5 persen secara tahunan.