Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tidak Ikut Pulih, Penjualan Bus Tahun Ini Kontraksi

Penjualan bus sepanjang tahun ini, hingga Agustus, tercatat mengalami kontraksi dibandingkan dengan tahun lalu. Sektor otomotif ini masih jauh dari pemulihan.
Model berada di depan bus produksi karoseri CV Laksana saat pelepasan ekspor perdana di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (21/3/2019). /Antara-Hafidz Mubarak A
Model berada di depan bus produksi karoseri CV Laksana saat pelepasan ekspor perdana di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (21/3/2019). /Antara-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja penjualan bus nasional mulai menunjukkan pertumbuhan pada pertengahan kuartal ketiga tahun ini. Kendati demikian, kinerja ini masih jauh dari capaian tahun lalu.

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan bus pada Agustus mencapai 129 unit, naik hampir dua kali lipat dari bulan sebelumnya 74 unit. Dengan demikian, akumulasi penjualan bus tahun ini mencapai 718 unit.

Sementara itu bila dibandingkan dengan capaian sepanjang 2020, penjualan bus tahun ini, hingga bulan kedelapan belum sampai separuhnya. Pada saat Indonesia berada di tengah krisis akibat pandemi Covid-19, pengiriman bus mencapai 2.215 unit. 

Berdasarkan catatan Bisnis, kinerja operator bus nasional pun masih belum begitu menggembirakan. Salah satu emiten operator bus, PT Eka Sari Lorena Tbk. (LRNA) melaporkan pendapatan yang anjlok, sehingga mencatat rugi.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, emiten bersandi LRNA ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp65,04 miliar turun 47,78 persen dibandingkan dengan 2019 yang mencapai Rp124,57 miliar. 

Beban pendapatan langsung pun turut menurun tetapi tidak setinggi penurunan pendapatan. Beban pendapatan langsung pada 2020 sebesar Rp74,5 miliar sementara pada 2019 sebesar Rp94,35 miliar.

Lebih besar pasak daripada tiang, maka perseroan pun mencatatkan rugi kotor pada 2020 sebesar Rp9,45 miliar sementara pada 2019 masih tercatat laba kotor Rp30,22 miliar.

Berlanjut dengan berbagai beban sebelum dan sesudah pajak, perseroan akhirnya mencatatkan peningkatan rugi tahun berjalan menjadi Rp43,02 miliar dibandingkan dengan 2019 yang hanya rugi Rp6,85 miliar. 

Sementara itu, jumlah aset perseroan mengalami penurunan menjadi Rp270,5 miliar pada 2020, sementara pada 2019 asetnya mencapai Rp302,63 miliar. 

Penurunan aset terjadi pada jumlah aset tidak lancar yang turun menjadi Rp251,1 miliar dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp264,66 miliar. Sementara, aset lancar turun menjadi Rp19,4 miliar dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp37,97 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper