Bisnis.com, JAKARTA — Krisis chip atau cip semikonduktor yang melanda otomotif global sudah dirasakan Indonesia. Hal ini berimbas pada penurunan volume produksi secara bulanan per April 2021 di tengah berlakunya insentif PPnBM.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto mengatakan kekurangan pasokan cip dialami oleh sejumlah pabrikan. Namun dia tidak merinci perusahaan-perusahaan yang dimaksud.
“Iya, ada beberapa APM yang mengalami kendala suplai semikonduktor,” katanya kepada Bisnis, Senin (18/5/2021).
Selain kekurangan pasokan cip semikonduktor, kata Jongkie, penurunan volume produksi April juga disebabkan oleh Ramadan dan menjelang libur Lebaran.
Adapun merujuk data Gaikindo, kinerja produksi kendaraan roda empat sepanjang April 2021 turun 11,7 persen dibandingkan Maret, atau menjadi 90.618 unit. Lebih dari 80 persen volume penurunan disumbangkan oleh merek-merek penerima insentif pajak atas pembelian barang mewah atau PPnBM.
Baca Juga : Samsung dan Hyundai Kerja Sama Atasi Krisis Cip |
---|
Ada lima pabrikan besar di Indonesia yang mengalami penurunan produksi secara bulanan. Mereka adalah Toyota, Mitsubishi Motors, Suzuki, dan Honda. Kelima pabrikan ini terdaftar sebagai merek penerima relaksasi PPnBM.
Toyota tercatat mengalami penurunan produksi sebesar 8,6 persen, atau dari 38.643 unit turun menjadi 35.573 unit. Sementara itu, produksi Mitsubishi Motor melemah 18,5 persen, Suzuki turun 17,6 persen, dan Honda mencatatkan penurunan 32,8 persen. Bisnis telah mencoba mengonfirmasi hal tersebut kepada para APM. Namun, hingga berita ini diturunkan, para pemegang merek belum memberikan jawaban.
Krisis pasokan semikonduktor atau cip diketahui telah menghantam produsen otomotif global, dan memaksa mereka untuk menutup sementara fasilitas pabriknya.
AlixPartners, perusahaan konsultan global yang memantau pergerakan krisis semikonduktor, menganalisis bahwa fenomena tersebut dapat merugikan industri otomotif sebanyak US$110 miliar atau setara Rp1.572 triliun.
Mereka juga memperkirakan pabrikan otomotif global akan kehilangan 3,9 juta unit produksi kendaraan tahun ini. Jumlah itu mencapai 4,6 persen dari 84,6 juta kendaraan yang akan diproduksi pada 2021.