Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah pabrik mobil di China yang baru pulih dari penutupan sementara kini mengalami kendala baru yakni kurangnya pasokan suku cadang dari Eropa, Amerika Utara, dan Jepang.
Virus Corona penyebab Covid-19 kini telah menyandera kegiatan pabrik di ketiga wilayah tersebut. Bebebapa produsen yang beroperasi di China, mulai dari Tesla Inc, BMW AG, hingga pemain lokal Guangzhou Automobile Group Co serta Zhejiang Geely Holding Group Co, akan menghadapi gangguan jika pandemi terus berlanjut.
Menurut catatan Bloomberg, penangguhan pabrik di Eropa dan Amerika Utara sangat memengaruhi kegiatan manufaktur di China. Kondisi tersebut mengancam pemulihan ekonomi dari negara terbesar kedua di dunia ini setelah mengalami kelumpuhan berbulan-bulan.
Situasi itu sekaligus mengirimkan sinyalemen bahwa kegiatan ekonomi di suatu negara tidak akan kembali normal selama wabah Covid-19 tidak segera dikendalikan di seluruh dunia.
"Sekitar 2 bulan lalu, orang-orang bertanya bagaimana gangguan pada rantai pasokan China akan berdampak pada industri otomotif global. Sekarang kebalikannya," kata Stephen Dyer, Direktur Pelaksana Konsultasi AlixPartners, dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/4/2020).
Menurut China Automotive Technology and Research Center, negeri dengan jumlah penduduk terbesar itu mengimpor US$36,7 miliar komponen kendaraan pada 2019. Jerman, Jepang, dan Korea Selatan masing-masing berkontribusi 28 persen, 27 persen, serta 6 persen dari total impor. Adapun AS berada di peringkat keempat dengan kontribusi 5,9 persen.
Baca Juga
Guangzhou Auto, mitra dari Toyota Motor Corp dan Fiat Chrysler Automobiles NV, menyatakan sedang mengambil langkah strategis untuk memastikan keamanan pasokan suku cadang lantaran mengimpor 10 persen komponen.
Stephen Dyer mengatakan produk mobil premium lebih rentan untuk pulih karena beberapa komponen elektronik, seperti perangkat lunak dan komputer, lebih banyak diimpor dari luar China.
Continental AG Jerman, misalnya, salah satu pembuat suku cadang, diketahui telah menghentikan produksi di seluruh jaringan pabriknya. Raksasa Eropa ini memasok elektronik, ban, dan bagian lain.
"Produk premium yang memiliki lebih banyak komponen impor mungkin berada di bawah ancaman yang lebih besar. Namun, kebutuhan mobil mewah juga dipengaruhi oleh virus corona," ujar Dyer.