Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan otomotif China, Geely Automobile Holdings, mengaku tengah mendiskusikan kemungkinan merger dengan Volvo, pembuat mobil Swedia yang diakuisisinya pada 2010.
Volvo memang sudah diakuisisi Geely seharga US$3,3 miliar, namun masih tetap sebagai entitas perusahaan tersendiri dengan mayoritas saham dimiliki Geely.
Bersama-sama, Geely dan Volvo Cars, akan menjadi perusahaan global yang lebih kuat dengan sinergi skala ekonomi, kemampuan teknis, dan sumber daya yang lebih besar, kata Geely dalam laporan keuangan tahunan belum lama ini.
Selama 2019, Geely melaporkan telah mengantongi pendapatan sebesar 97,4 miliar RMB, laba bersih 8,26 miliar RMB.
Geely Auto tetap menjadi juara dalam penjualan di antara merek-merek China selama tiga tahun berturut-turut dengan total penjualan 1,362 juta unit, klaim Geely, dikutip Senin.
Dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penurunan ekonomi global, friksi perdagangan China-AS, perubahan terhadap standar emisi China VI, pasar otomotif secara keseluruhan mengalami penurunan pada 2019.
Terlepas dari lingkungan pasar yang menantang, Geely Auto mempertahankan posisi yang kuat dan pangsa pasarnya meningkat dari 6,2 persen menjadi 6,5 persen.
Pada tahun 2019, tiga merek di bawah entitas Geely, yakni Geely Auto, Lynk & Co (50% dipegang oleh Geely Automobile Holdings Ltd.), dan Geometry terus berkembang pada kecepatan yang sama dengan sedan, SUV, dan MPV baru diluncurkan.
Selama lima tahun terakhir, Geely Auto tumbuh pada tingkat tahunan majemuk lebih dari 30 persen, menjadi merek China terlaris di pasar.
Pada tahun 2020, Geely Auto berada di peringkat ketiga keseluruhan dalam penjualan kumulatif dari Januari hingga Februari, mencapai pangsa pasar 7,3 persen, tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Geely Holding Group menjadi satu-satunya produsen mobil China yang masuk "10 Besar Grup Otomotif Global" yang diterbitkan lembaga evaluasi merek Inggris, Brand Finance.