Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Otomotif Nasional, Menjaga Asa untuk Bertumbuh

Di tengah kondisi ini, target pertumbuhan 6 persen oleh pemerintah patut dipertanyakan. Di sisi lain, para pelaku industri terus memupuk asa.
Display penjualan mobil baru di salah satu dealer Honda di Jakarta, Selasa (28/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Display penjualan mobil baru di salah satu dealer Honda di Jakarta, Selasa (28/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Target 6 persen pertumbuhan industri otomotif nasional yang ditetapkan pemerintah pada tahun ini dipastikan menempuh jalan berliku. Harapan ditumbuhkan tetapi perjalanan diyakini tak berlangsung sederhana.

Belum saja pulih dari malaise tahun lalu, kini industri otomotif nasional harus berhadapan dengan sejumlah masalah. Banjir di awal tahun dan dampak penyebaran virus corona (COVID-19) dari Wuhan, China, disebutkan oleh para pelaku industri sebagai penyebab kelesuan.

Sejak menyentuh rekor penjualan tertinggi berkisar 1,2 juta unit pada 2013 - 2014, industri otomotif nasional belum pernah kembali mencatatkan angka yang sama. Penjualan tertinggi setelah periode itu terjadi pada 2018, dengan penjualan 1,15 juta unit.

Sementara pada tahun lalu, penjualan kendaraan roda empat kembali mengalami penurunan sebesar 10,52 persen secara tahunan menjadi 1,03 juta unit.

Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan industri otomotif tahun lalu sangat terpukul oleh agenda politik yang berkepanjangan.

"Dengan agenda politik tersebut penjualan turun, seharusnya tahun ini sudah pulih," kata Yohannes di Jakarta, saat ditemui di sela-sela pameran Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle (Giicomvec) 2020, Kamis (5/3/2020) di Jakarta Convention Center.

Namun, virus corona seketika menjadi isu hangat di tataran global. Kekhawatiran muncul ketika satu per satu pabrikan otomotif di Wuhan terpaksa ditutup. Akibatnya, rantai produski China terputus.

Menurut Bloomberg, di Wuhan, terdapat lebih kurang 515 industri yang mayoritas bergerak di sektor manufaktur. Di antaranya adalah 146 industri otomotif, 68 perusahaan komputer, 47 industri perangkat listrik, 32 industri produk konsumen, dan 222 perusaahan dari berbagai jenis industri lain.

Ernando Demily, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) mengungkapkan suka tidak suka, mau tidak mau, kelesuan otomotif nasional sejalan dengan penurunan kinerja ekonomi China. "Kalau China lagi batuk, ya, Indonesia pasti tertular," ujarnya.

Menurutnya hal itu terjadi karena posisi China saat ini telah menjelma sebagai global supply chain bagi negara-negara lainnya.

Tumbuhkan Harapan

Di tengah kondisi ini, target pertumbuhan 6 persen oleh pemerintah patut dipertanyakan. Di sisi lain, para pelaku industri terus memupuk harapan agar tujuan itu tercapai sejalan dengan komitmen pemerintah.

Menurut Direktur Inovasi Bisnis, Penjualan, dan Pemasaran HPM Yusak Billy, terlalu dini untuk mengatakan bahwa target pertumbuhan tahun ini tidak dapat tercapai.

Hal serupa juga disampaikan oleh Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy Suwandi. Menurutnya, industri otomotif dalam negeri masih memiliki harapan. "TAM juga memperhitungkan ada kesempatan [pertumbuhan] untuk naik," kata Anton.

Klik gambar untuk informasi detail

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berkomitmen akan memperkuat basis industri dalam negeri, melalui upaya perbaikan infrastruktur serta penguatan struktur rantai nilai perindustrian.

"Upaya kita dalam membangun perekonomian tidak boleh tersandera dengan adanya COVID-19," tegas Agus dalam sambutannya di Giicomvec 2020.

Dia pun memastikan tidak akan mengeluarkan regulasi yang dapat mencederai industri agar target pertumbuhan industri otomotif, yang diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo, dapat terpenuhi.

Alhasil, kehadiran virus corona setidaknya telah menyatukan seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama menumbuhkan optimisme di sektor industri otomotif. Meski jalan yang dilalui berbatu dan berliku.

Seperti yang diucapkan Ernando, "Kalau sedih jangan menangis keras-keras, begitupun jika bahagia. Saat ini mungkin kita sedang susah, tetapi harus tetap hati-hati."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper