Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki semester II/2019, penjualan mobil tercatat membaik seiring dengan berakhirnya pemilihan umum yang terjadi pada paruh pertama tahun ini. Penjualan mobil per bulan pada Juli—September 2019, tercatat lebih tinggi dari semester pertama.
Kendati demikian, tak semua pelaku industri sepakat bahwa hal itu bisa menjadi indikasi utama bahwa pasar akan membaik pada tahun depan. Faktor risiko resesi global yang dipicu perang dagang serta melambatnya konsumsi masyarakat dinilai dapat mengganggu penjualan pada tahun depan.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto meyakini dua hal itu akan menjadi beban penjualan kendaraan tahun depan. Dia juga mengatakan dua faktor tersebut akan memengaruhi dua segmen besar konsumen mobil di Tanah Air dengan cara berbeda.
Pertama, apabila resesi global benar terjadi pada tahun depan, hal ini akan berdampak pada penjualan di segmen medium-up. Model yang termasuk pada segmen ini, antara lain Innova, Sienta, Rush, hingga Alphard.
Dia mengatakan bahwa konsumen pada segmen itu relatif tidak akan memiliki persoalan daya beli saat memutuskan membeli unit baru. Namun, konsumen di segmen ini akan sangat memperhatikan kondisi ekonomi baik nasional maupun global.
“Walaupun kami beri gimik, kalau dia bilang tidak mau beli dulu, maka tidak beli. Karena faktorya kalau terjadi resesi dan sebagainya, karena itu faktor yang mungkin menjadi berat buat dia, jadi dia akan tahan rencana membeli,” katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Kedua, kata Soerjo, faktor daya beli masyarakat yang berpotensi melemah akibat adanya kenaikan biaya hidup pada tahun depan akan berdampak pada segmen medium-low. Contoh model Toyota yang termasuk pada segmen ini adalah mobil multiguna kecil seperti Avanza dan kendaraan hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) seperti Agya dan Calya.