Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa program biodiesel 30 persen atau B30 akan tetap diterapkan mulai tahun depan.
Salah satu kendala yang kerap dihadapi dalam implementasi B30 adalah pergantian filter oli yang akan lebih sering dilakukan seiring dengan perubahan komponen bahan bakar. Namun, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto menegaskan hal itu bukan masalah besar.
Dia mengatakan akan terus berkoordinasi dengan produsen kendaraan untuk melakukan uji coba. Merek-merek Jepang seperti Mitubishi dan Hino, lanjutnya, sudah melakukan uji coba dan tidak menemui kendala berarti.
“Filter memang jadi harus sering diganti, tetapi itu tidak masalah sih, nanti diganti secara periodik saja [filternya]. Ya pengujian selesai secepatnya lah, nanti kan kami akan segera launching sesuai dengan target yang ditetapkan, belum ada perubahan target penerapan,” katanya pekan lalu.
Namun demikian, sejauh ini pengujian lebih banyak dilakukan menggunakan unit ataupun model baru dari produsen truk maupun bus. Di sisi lain, populasi truk saat ini masih didominasi oleh model-model lama.
Harjanto menilai hal itu juga tidak akan menjadi kendala dalam implementasi B30 kelak. Menurutnya, unit baru yang menggunakan teknologi baru lebih sensitif terhadap penggunaan bahan bakar. Apabila unit baru dapat menggunakan B30, maka menurutnya unit lama juga dipastikan dapat menggunakan bahan bakar serupa.
“Artinya dari sisi teknologi kan dia lebih sensitif penggunaan bahan bakar, artinya kalau yang baru bisa berarti yang lama pasti bisa, yang baru ini kan sudah euro 4 compliance dan sebagainya, kalau yang lama kan masih euro 2 fuel compliance, artinya menurut saya kalau di teknolgi yang lebih sensitif saja bisa apalagi di yang lebih lama,” ujarnya.
Hasil pengujian B30 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan konsumsi bahan bakar itu akan meningkatkan daya rata-rata kendaraan sebesar 0,84% dan dapat mengurangi emisi CO sebesar 0,1 gram—02 gram per kilometer dan mengurangi emisi Pm sebesar 0,1 gram—0,08 gram per kilometer.
Namun demikian, konsumsi bahan bakar rata-rata akan meningkat sebesar 0,87% dibandingkan penggunaan bahan bakar solar biasa. Harjanto menilai, hal itu tidak mengganggu efisiensi penggunaan bahan bakar secara signifikan.
“Overall itu kan masih masuk dalam kategori masih efisien dan ini akan tergantung teknologinya ke depan. Kami mendorong tidak hanya B30, tapi biofuel yang kami sebut greenfuel, ini nanti 100% menggunakan CPO diproses sehingga bisa digunakan di mesin diesel dan untuk mesin combustion engine, bahkan untuk avtur.”