Bisnis.com, JAKARTA – Schneider Electric berkomitmen untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia dengan memperkenalkan produk EVLink sebagai penunjang kebutuhan pengisian daya.
Country President Schneider Electric Indonesia Xavier Denoly pertumbuhan produksi dan permintaan kendaran listrik secara global akan tumbuh seiring dengan kebijakan untuk menekan ketergantungan kepada bahan bakar minyak dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Menurutnya pertumbuhan itu harus diikuti dengan pembangunan ekosistem kendaran listrik yang modern dan terintegrasi. Hal itu, lanjutnya mencakup infrastruktu pengisian daya pintar atau smart charging station.
“Stasiun pengisian daya pintar dapat menyediakan layanan yang dapat membantu meningkatkan kualitas dan keandalan daya, dan mendorong peningkatan efisiensi energi,” katanya di sela-sela acara Electric & Power Indonesia 2019, di Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Dia menjelaskan, seiring dengan bertambahnya produksi kendaran listrik dengan lebih 350 model berteknologi tinggi pada 2025, permintaan infrastruktur pengisian daya yang andal akan semakin meningkat.
Xavier mengklaim pihaknya siap memenuhi permintaan itu dan membantu percepatan adopsi kendaran listrik secara global, termasuk di Tanah Air. Produk EVLink memiliki beberapa tipe pengisian daya EV yang dapat memenuhi kebutuhan solusi pengisian daya rumahan, solusi bangunan komersial, solusi ruang publik, hingga solusi pengisian daya cepat.
Baca Juga
Selain itu, dia mengatakan bahwa Schneider Electric memiliki slusi komprehensif yang mengintegrasikan pengembangan energi dan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi pemenuhan kebutuhan listrik. Melaui produk EVlink Energy Management, pemilik atau operator infrastruktur pengisian daya dapat mengelola infrastruktur pengisian daya dengan lebih efisien.
Dia menjelaskan, ketika stasiun pengisian daya kendaraan listrik memiliki permintaan tinggi terhadap daya listrik yang dapat melebihi kapasitas ketersediaan daya, sistem itu dapat mengidentifikasi dan mengelola permintaan guna menghindari overload.
Sistem itu juga dapat menyediakan satu titik akses untuk ikut sistem back-end pihak ketiga untuk emnghubungkan stasiusn pengisian daya kendaran listrik dengan pengawasan jarak jauh. Hal ini dapat mendukung optimalisasi penggunaan energi.
Nilai pasar kendaran listrik global pada 2017 mencapai US$118,86 miliar. Nilai itu diproyeksikan akan mencapai US$567,29 miliar pada 2025, tumbuh secara kumulatif sebesar 22,3%.
J.P. Morgan memperkirakan penjualan kendaran listrik akan berkontribusi sebesar 30% terhadap total penjualan kendaraan pada 2025. Adapun, International Energy Agency memperkirakan pada 2030 akan terdapat 125 juta mobil listrik yang beroprasi di jalan secara global.
Sementara itu, Indonesia menargetkan produksi mobil listrik mencapai 30% dari total produksi mobil pada 2030. Hal ini diharapkan dapat menopang target penekanan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dan menjaga kemandirian energi nasional.