Bisnis.com, TANGERANG - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendukung percepatan pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen secara bertahap untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai hingga 2023.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) Eniya Listiani Dewi mengatakan memang banyak yang menyangsikan kemampuan memenuhi TKDN sebesar 40 persen tersebut. Namun pihaknya optimistis hal itu dapat dilakukan.
"Tapi saya rasa kita masih punya waktu sampai 2023 untuk percepatan ini, untuk menaikan TKDN. Kalau sekarang saya prediksi, Insya Allah 20 persen masuk ke 30 persen sudah bisa," ujar Eniya, dalam acara penutupan Indonesia Electric Motor Show (IEMS) pada Sabtu (7/9/2019).
Pihaknya optimistis karena dari gelaran IEMS yang telah dilakukan. Animo dari masyarakat diklaim sangat besar. BPPT berharap hal ini menjadi stimulan bagi pemerintah untuk mengakselerasi implemetasi Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai.
"Jadi kami saat ini sudah bisa mengidentifikasikan siapa produsen lokal, siapa yang bisa membuat komponennya, siapa yang bisa membuat sistemnya. Ini adalah jawaban untuk menanggapi Perpres KBL yang di dalamnya berisi tantangan TKDN 40 persen," jelasnya.
Dia menjelaskan dari sosialisasi yang dilakukan lewat IEMS tersebut masyarakat dapat teredukasi tentang kendaraan listrik dan kemampuan membuatnya.
Baca Juga
Misalnya saja dari komunitas pecinta otomotif yang sudah melakukan modifikasi atau konversi ternyata tidak terlampau sulit dari sisi komponen. Meskipun memang komponen yang digunakan masih menggunakan dari luar. Namun, katanya, kemampuan dalam negeri untuk membuat komponen ini juga terus dipacu.
"Saat ini, mereka memang mengambil bahan baterai, komponen baterai, atau komponen engine listrik masih dari luar. Tapi kemarin PT. Pindad sudah bisa membuat engine listrik, dan ini sudah diakselerasi sejak lima tahun lalu dan saya rasa ini BUMN yang bisa kita dorong untuk memproduksinya lebih banyak," katanya.
Dia menambahkan hal ini penting karena jika industri lokal dapat menguasai mesin listrik tersebut maka bisa digunakan untuk banyak hal selain kendaraan listrik. Seperti halnya, untuk kapal, pembangkit listrik, dan lainnya.
"Kita sudah punya Sidrap [pembangkit listrik tenaga bayu], itu motor listriknya ada yang harus dikuasai dari lokal dan ini kita dorong, untuk bisa dikuasai oleh lokal," jelasnya.
Dia menambahkan saat ini juga inovasi banyak dilakukan untuk meningkatkan komponen dalam negeri. Menurutnya melalui sosialisasi dengan IEMS perdana ini, justru membuat berbagai pemangku kepentingan bergairah untuk menggunakan komponen lokal dan membuat sendiri.
Adapun pemerintah, katanya, sudah mendorong untuk pembuatan baterai untuk bisa mengurangi impor. Meskipun hingga 2023, mengimpor juga tidak salah karena peraturan yang ada hingga 2023, sebanyak 60 persen komponen boleh impor.
"Ini masih boleh nih baterai diimpor, 60 persen dari harga mobil listrik, itu biasanya baterai. Nah, sampai 2023, saya harap nanti baterai bisa dibuat di lokal. Sekarang sudah ada inisiasi pembangunan material-material yang digunakan sebagai pendukung baterai itu, industri baterai, di Morowali, di beberapa lokasi di Karawang, itu ada," jelasnya.