Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Mobil Listrik, Pabrikan Jepang dan China Beda Pendekatan

Pabrikan Jepang unggul untuk kendaraan hibrida sehingga China lebih memilih kendaraan berbasis baterai.
Toyota Aqua, mobil berteknologi hybrid di kelompok harga murah yang dipasarkan Toyota di Jepang./Bisnis-Demis Rizky Gosta
Toyota Aqua, mobil berteknologi hybrid di kelompok harga murah yang dipasarkan Toyota di Jepang./Bisnis-Demis Rizky Gosta

Bisnis.com, TANGERANG - Sebagai persiapan memasuki era kendaraan listrik, produsen otomotif nasional mulai memamerkan keunggulan teknologi kendaraan listrik.

Jika dicermati, terdapat dua pendekatan berbeda yang dilakukan antara produsen China yang memilih full electric, sedangkan pabrikan Jepang condong ke kendaran hybrid.

Ketua Tim Mobil Listrik Nasional (Molina) Agus Purwadi mengatakan, semua jenis kendaraan ramah lingkungan dibutuhkan di Indonesia untuk menekan konsumsi bahan bakar.

Pabrikan Jepang, katanya, unggul untuk kendaraan hibrida sehingga China lebih banyak memilih langsung ke kendaraan listrik berbasis baterai.

"Kalau China dia tahu kalau hibrida dia tidak mungkin bersaing dengan Jepang karena Jepang sangat advance [hybrid]," ujarnya kepada Bisnis di sela-sela GIIAS 2019, Tangerang, Rabu (24/7/2019).

Agus menjelaskan, walaupun China mendorong mobil listrik baterai, saat ini Negeri Panda juga mulai melirik kendaraan hibrida untuk meningkatkan populasi kendaraan listrik.

Untuk Indonesia, menurutnya, tidak terlalu urgen terkait jenis kendaraan listrik, karena yang dibutuhkan ialah volume unit yang banyak untuk menekan konsumsi bahan bakar.

"Tapi kalau di kita butuh semua, butuh hybrid, PHEV butuh EV supaya kurangi konsumsi bahan bakar dan emisi secara cepat," tambahnya.

Seperti diketahui, pada GIIAS 2019, DFSK misalnya memajang E3, kendaraan listrik berbasis baterai yang telah dipasarkan secara global. Pada GIIAS 2018 lalu, Wuling juga sempat memamerkan e100, kendaraan listrik mungil berbasis baterai.

DFSK Glory E3 menggunakan baterai berkapasitas 52,56 kWh yang diklaim bisa melaju hingga 405 kilometer dalam kondisi baterai penuh.

Untuk mengisi baterai, perusahaan juga telah menyiapkan pengisi daya cepat yang mampu mengisi baterai antara 20%—80% dalam waktu 30 menit, sedangkan untuk slow charging dibutuhkan waktu selama 8 jam. 

Di sisi lain, pabrikan Jepang kendati memiliki kendaraan full electric lebih mengedepankan keunggulan teknologi hibrida termasuk hibrida colokan. Toyota memamerkan beragam mobil hibridanya, sedangkan Mitsubishi Motors mulai memasarkan Outlander PHEV.

Nissan sedikit berbeda dengan memajang Nissan Leaf, salah satu model kendaraan listrik terlaris milik pabrikan Jepang ini. Nissan juga masih memiliki kendaraan listrik hybrid e-Power yang juga telah dipasarkan secara global.

Isao Sekiguchi, Presiden Direktur Nissan Motor Indonesia, mengatakan pada 2022, satu dari empat kendaran Nissan yang dipasarkan di Asia dan Oceania adalah kendaraan listrik.

"Nissan Leaf adalah salah satu yang terbaik dari sisi penjualan," ujarnya.

Adapun, saat ini pemerintah masih mematangkan aturan terkait kendaraan listrik di Indonesia. Beberapa insentif disiapkan baik untuk sisi manufaktur ataupun harga kendaraan yang bakal berdampak ke konsumen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper