Bisnis.com, JAKARTA—Dua produsen mobil asal China tampak lebih agresif mengembangkan produk dan layanan purnajual. Pada awal tahun ini, Wuling dan DFSK telah merilis produk baru yang diklaim mendapat sambutan positif pasar domestik berkat harga dan fitur yang ditawarkan.
Wuling lebih dahulu mamasarkan Almaz SUV 5 penumpang seharga Rp318,8 juta pada Februari lalu, sementara DFSK Glory 560 yang berkapasitas 7 baru diperkenalkan pada pembukaan IIMS 2019. Glory 560 dipasarkan mulai dari Rp189 juta hingga Rp239 juta.
Tidak ingin ketinggalan, DFSK juga berambisi meningkatkan penjualan pada tahun ini dengan target sebanyak 12.000 unit. Target itu tergolong ambisius jika berkaca dari penjualan sepanjang 2018 di mana DFSK hanya meraup penjualan ritel sebanyak 839 unit.
Managing Director PT Sokonindo Automobile of Sales Centre Franz Wang mengatakan target 12.000 unit merupakan target realistis karena tahun ini DFSK menambah hingga 90 diler dan merilis Glory 560 sehingga angka penjualan akan berbeda.
Dia menjelaskan, penjualan tahun lalu tidak sesuai harapan karena DFSK fokus mengembangkan diler dan baru menghadirkan produk pada Juli 2018 yakni Glory 580. Praktisnya, penjualan hanya bisa dilakukan selama 6 bulan saja.
"Tahun ini ada 2 produk baru, jumlah dilernya berbeda sehingga tentu penjualannya berbeda. Kami juga berinvestasi pada pemasaran untuk mengembangkan brand DFSK," jelasnya.
Franz mengklaim, sebelum harga resmi dirilis pada IIMS 2019, Glroy 560 telah mengantongi sekitar 300-an minat konsumen ketika dihadirkan pada GIIAS Surabaya beberapa waktu lalu. DFSK memilih masuk pada segmen SUV karena pasar segmen ini terus berkembang di Tanah Air.
Adapun, pada IIMS 2019 antusiasme konsumen untuk mengenal lebih produk Glory 560 diklaim sangat tinggi. Data DFSK per 3 Mei 2019 mencatat selama IIMS 2019 terdapat 753 orang yang telah melakukan test drive DFSK 560.
CO-CEO PT Sokonindo Automobil (Sokon) Alexander Barus mengklaim, Glory 560 booming selama IIMS 2019. Dia optimis produk baru DFSK ini akan berkontribusi positif terhadap penjualan DFSK tahun ini.
"Animo penjualan alhamdulilah cukup booming. Namun, angkanya akan kami update," ujarnya.
Alex tidak menampik DFSK sebagai merek China perlu berjuang lebih keras untuk membangun citra positif di Tanah Air. Menurutnya, tantangan terbesar yang dihadapi saat ini ialah meyakinkan konsumen bahwa mobil DFSK bukan kelas kedua (second class) karena semua produk DFSK diproduksi dengan standar global.
“Karena ini semua diproduksi di dalam negeri di pabrik kami di Cikande yang telah menerapkan teknologi 4.0. Saya kira gak fair kami disebut second class, kami bisa mengerti karena masalah motor China dulu, trauma itu tetap ada,” tambahnya.
Alex menegaskan, DFSK menjadi salah satu produsen otomotif nasional yang berani memberikan garansi hingga 7 tahun dan 150.000 km karena yakin dengan kualitas produk yang dipasarkan. Garansi itu juga bertujuan memastikan harga jual kembali tetap kompetitif.
Dia menyebutkan, DFSK saat ini fokus dengan Glory 580,Glory 560 dan Super Cab sambil menantikan masukan dari konsumen terkait produk dan layanan purnajual. Pasalnya, mobil baru umumnya tidak bermasalah, tetapi layanan purnajual menjadi pekerjaan rumah berikutnya.
“Jadi saya mau lihat dulu bagaimana teman-teman diler memberikan kepuasan kepada konsumen. Kami mau lihat dulu feedback-nya,” imbuhnya.