Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Teror Defisit Perdagangan Mengintai Sektor Otomotif

Neraca perdagangan produk kendaraan dan bagiannya pada tahun ini mulai dihantui ancaman defisit. Selama periode Januari—September 2018, tekor pada sektor ini telah menembus US$569,26 juta.
Suasana pameran GIIAS 2018 di ICE BSD Serpon, Tangerang, Banten. /GIIAS
Suasana pameran GIIAS 2018 di ICE BSD Serpon, Tangerang, Banten. /GIIAS

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan produk kendaraan dan bagiannya pada tahun ini mulai dihantui ancaman defisit. Selama periode Januari—September 2018, tekor pada sektor ini telah menembus US$569,26 juta.

Padahal, Kementerian Perdagangan mencatat neraca perdagangan produk kendaraan dan bagiannya sejak 2015 selalu mengalami surplus. Pada tahun lalu, salah satu subsektor otomotif ini masih mampu meraup surplus US$143,90 juta.

Pemerintah sejatinya telah berupaya untuk menekan laju impor komponen otomotif sejak awal kuartal I/2018. Presiden Joko Widodo bahkan kerap menyempatkan diri untuk menghadiri kegiatan ekspor kendaraan asal Indonesia.

Pasalnya, otomotif menjadi salah satu sektor industri andalan yang digadang-gadang mampu berkontribusi positif bagi kinerja ekspor nonmigas. Otomotif juga menjadi salah satu dari lima sektor tagline “Making Indonesia 4.0.”

Jadi, pemerintah tentu tidak ingin kinerja apik sejak 2015 itu ternoda pada tahun ini.

Sayangnya, upaya meningkatkan ekspor sepertinya belum mampu membantu banyak dalam mengatasi defisit neraca perdagangan kendaraan dan bagiannya yang kian melebar.

Laju impor nampak lebih cepat, sementara ekspor bergerak pelan.

ANDALKAN LMPV

Salah satu penyebabnya adalah ekspor kendaraan asal Indonesia masih bertumpu pada segmen low multi purpose vehicle (LMPV) dan sedikit dari sport utility vehicle (SUV). Padahal, pasar luar negeri membutuhkan lebih banyak kendaraan segmen sedan dan SUV.

Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal sebelumnya mengatakan, pemerintah perlu melakukan diversifikasi produk ekspor Indonesia dengan menyesuaikan kebutuhan permintaan pasar global. Selain itu, sambil menambah beragam negara tujuan ekspor, pemerintah perlu mendorong ekspor kendaraan komersial.

Sejauh ini, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, terdapat enam pabrikan otomotif yang telah melakukan ekspor ke berbagai negara. Keenam produsen otomotif itu a.l. Toyota, Daihatsu, Suzuki, Mitsubishi Motors, Hyundai, dan Hino.

Upaya pemerintah mendorong ekspor juga disambut positif oleh pelaku usaha. Bisnis mencatat, sedikitnya terdapat tiga produsen yang menyatakan bakal melakukan ekspor pada tahun depan yakni DFSK yang akan mengapalkan SUV Glory 580, Honda melalui all new Brio, dan Isuzu yang bakal mengekspor Traga pada akhir 2019 atau awal 2020.

Peluang untuk memperbaiki neraca dagang kendaraan dan bagiannya kini bertumpu pada pendekatan regulasi seperti harmonisasi tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang diharapkan dapat membuat pengapalan kendaraan asal Indonesia lebih bervariatif.

Kehadiran regulasi tersebut terus dinanti karena diklaim bakal menggairahkan industri otomotif baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Harjanto mengatakan, upaya mendorong ekspor terus dilakukan dengan membuka akses pasar sebanyak mungkin, termasuk menyasar pasar Australia.

Dari sisi produk, produsen otomotif juga perlu menyesuaikan dengan kebutuhan model kendaraan di pasar luar negeri. SUV dan sedan merupakan dua produk yang bisa dikembangkan untuk pasar ekspor.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan ekspor patut diapresiasi. Dari kaca mata pelaku usaha, kepastian pendekatan regulasi menjadi suatu keharusan guna mempersiapkan diri sekaligus mengejar ketertinggalan dengan tren global yang bergerak begitu cepat.

Teror Defisit Perdagangan Mengintai Sektor Otomotif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Edisi Sabtu (24/11/2018)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper