Bisnis.com, TOKYO - Asosiasi pabrkan mobil Jepang pada Jumat (18/5/2018) mengatakan pihaknya berharap mitra ekspor negara itu akan mempertahankan tarif rendah pada kendaraan dan komponen dan menjaga hubungan perdagangan bebas untuk mempromosikan dan memperkuat perdagangan yang transparan.
Komentar Jepang datang setelah Amerika Serikat, pasar utama untuk mobil Jepang, mengenakan tarif impor baja dan aluminium dan mendorong persyaratan baru untuk Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), termasuk meningkatkan persyaratan konten lokal mobil yang dibuat di tiga negara penandatangan di mana produsen mobil Jepang memiliki pabrik.
Negara ini juga mempertimbangkan peraturan lingkungan yang lebih ketat untuk mobil impor untuk melindungi pembuat mobil AS. “Industri otomotif global memiliki rantai pasokan yang kompleks, jadi kami berharap dapat melihat peraturan yang akan memungkinkan perdagangan bebas,” Seiichi Nagatsuka, Eksekutif Asosiasi Pabrikan Mobil Jepang mengatakan kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
"Tarif harus rendah dan aturan harus ditetapkan untuk menjaga transparansi perdagangan."
Nagatsuka membuat komentar selama acara roundtable bersama ketua asosiasi termasuk Akio Toyoda, yang juga menjabat sebagai Presiden Toyota Motor Corp.
Amerika Serikat menyumbang sebanyak sepertiga dari penjualan kendaraan global dari tiga produsen mobil Jepang: Toyota, Nissan Motor Co Ltd dan Honda Motor Co Ltd. Namun pembatasan AS atas impor kendaraan dan komponen dapat meningkatkan biaya melakukan bisnis di negara tersebut.
Sebagian besar pabrikan besar Jepang mengoperasikan pabrik di Amerika Serikat dan tiga produsen lokalnya memproduksi sebagian besar mobil dan truk yang mereka jual di negara tersebut.
Toyota, Nissan dan Honda juga memproduksi kendaraan di Meksiko, sementara Toyota dan Honda juga mengoperasikan pabrik di Kanada, dan menghadapi risiko jika NAFTA diperbarui menaikkan tarif untuk kendaraan dan suku cadang yang dibuat di kedua negara tersebut.
Jepang sedang mempertimbangkan tarif untuk ekspor AS senilai US$409 juta sebagai pembalasan terhadap tarif AS atas impor baja dan aluminium yang diberlakukan pada Maret. Jepang adalah satu-satunya sekutu utama AS yang belum menerima pengecualian dari tugas-tugasnya, lembaga penyiaran publik Jepang NHK melaporkan pada Kamis.