Bisnis.com, JAKARTA—PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing menilai penguatan nilai mata uang dolar Amerika Serikat yang baru terjadi sebulan terakhir belum tentu menjadi pendorong ekspor sepeda motor pada Maret 2018.
Deputy GM Marketing PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Eddy Ang mengatakan, ekspor yang dilakukan oleh perusahaan biasanya berdasarkan fix order beberapa bulan sebelumnya.
“Biasanya untuk ekspor, itu berdasarkan fix order, beberapa bulan sebelumnya. Jadi penguatan dolar [Amerika Serikat] yang terjadi sebulan terakhir ini rasanya belum berdampak, karena ekspor Januari-Februari ini sudah merupakan pesanan dari tahun lalu,” kata Eddy kepada Bisnis, Minggu (18/3/2018).
Penguatan dolar Amerika Serikat terhadap rupiah sejak Februari 2018, dia melanjutkan, juga tidak serta-merta membuat harga produk lebih kompetitif dan pendorong ekspor sepeda motor pada Maret 2018. “Belum tentu, karena biasanya ekspor sudah ada fix price-nya dalam jangka waktu tertentu,” katanya.
Dia menambahkan, saat ini komponen lokal pada industri sepeda motor sudah tinggi, sekitar 90%. Akan tetapi, penguatan mata uang dolar Amerika Serikat terhadap rupiah tetap ada.
Dia mencontohkan, salah satu komoditas yang akan mengalami kenaikan akibat penguatan mata uang Paman Sam terhadap rupiah adalah baja. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap bahan baku walaupun bukan komponen impor.
Baca Juga
“Kandungan komponen lokal sudah tinggi, sekitar 90%. Tapi, imbasnya tetap ada karena misalnya harga baja kan komoditas yang mengalami kenaikan harga kalau dolar menguat, yang pada gilirannya akan menaikkan harga bahan baku kita, walaupun bukan komponen impor,” katanya.
Terkait dengan pengaruh penguatan dolar Amerika Serikat terhadap rupiah pada saat ini, dia menuturkan masih belum mengetahuinya karena hal itu ada perhitungannya sendiri.