Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TREN MOBIL LISTRIK: Pro-Kontra Para Pabrikan di Eropa

Hari ini, Ahad (24/9), Frankfurt Motor Show 2017 akan ditutup. Salah satu pameran otomotif paling bergengsi ini telah berlangsung selama 10 hari sejak Kamis (14/9). Salah satu isu yang paling menarik adalah seputar tren mobil listrik. Bahkan, di malam-malam sebelum acara dibuka, para bos pabrikan otomotif Eropa telah berkumpul untuk membahasnya.
Konferensi Pers di Frankfurt Motor Show. /iAA
Konferensi Pers di Frankfurt Motor Show. /iAA

Hari ini, Ahad (24/9), Frankfurt Motor Show 2017 akan ditutup. Salah satu pameran otomotif paling bergengsi ini telah berlangsung selama 10 hari sejak Kamis (14/9). Salah satu isu yang paling menarik adalah seputar tren mobil listrik. Bahkan, di malam-malam sebelum acara dibuka, para bos pabrikan otomotif Eropa telah berkumpul untuk membahasnya.

Mereka bertemu bukan sekadar untuk persiapan Frankfurt Motor Show. Lebih dari itu, mereka tengah menghadapi realitas  elektrifikasi kendaraan secara massif, yang dipastikan akan membawa banyak konsekwensi seperti pekerjaan dan profit perusahaan.

Pikiran mereka terfokus pada janji pemerintah untuk melarang mobil dengan mesin pembakaran dalam. Setelah Inggris dan Prancis, terbaru adalah woro-woro dari pemerintah China yang menambah momentum untuk mendorong kendaraan tanpa emisi.

Namun, pada saat yang bersamaan, apa yang diungkapkan oleh para bos Daimler AG, Volkswagen, dan PSA Group tentang program elektrik mereka itu bisa saja membuat para pembuat kebijakan berhenti sejenak.

Daimler, misalnya. Sejumlah model kendaraan listrik yang direncanakan Mercedes pada tahap awal akan langsung memangkas separuh keuntungan dari mobil konvensional. Mobil listrik itu biaya besar. Dan, apabila para pabrikan ditekan untuk menghemat dengan outsourcing lebih banyak komponen maka itu menjadi ancaman hilangnya pekerjaan di Jerman.

Namun, “Produksi in-house sangat tidak relevan dengan konsumen,” ujar boss Daimler Dieter Zetsche kepada reporter dan investor pada malam menjelang Frankfurt Motor Show, berbicara dengan mindset kampanye pemilu Jerman yang mana lapangan kerja otomotif telah berkembang besar.

Sementara itu, keputusan lebih maju telah disampaikan Volkswagen—grup perusahaan dengan pendapatan terbesar keenam sejagat, yakni 217,3 miliar euro (2016). VW yang berpusat di Wolfsburg dan menaungi banyak merek ini memilih tak ragu melakukan outsourching.

“Perusahaan seperti Volkswagen harus memimpin, bukan mengikuti,” ujar Chief Executive Matthias Mueller ketika memaparkan Roadmap E. Saat ini, Volkswagen tengah mencari mitra pemasok global untuk memenuhi kebutuhan komponen mobil listrik senilai 50 miliar euro (US60 miliar), termasuk baterai, yang sampai hari ini tidak kompetitif diproduksi di Eropa.

VW sempat didera skandal kecurangan emisi mesin dieselnya di Amerika Serikat, yang memicu kemarahan global, mendorong banyak investigator melakukan uji yang lebih luas pada industri, hingga mendorong para pembuat kebijakan melarang mesin diesel dan kemudian semua mesin berbahan bakar fosil lainnya.

Tesla Inc., pabrikan mobil listrik AS, langsung menuai untung. Sahamnya langsung menguat 6% setelah seorang menteri China menyatakan bahwa pertanyaannya adalah “Kapan”, bukan “Jika” Beijing melarang mobil berbahan bakar fosil. Ini sekaligus menjadi jeratan retoris terhadap mesin pembakaran dalam. Prancis dan Inggris telah menyatakan larangan mulai 2040.

Akan tetapi PSA, produsen Peugeots dan Citroens, mengingatkan sebuah risiko besar jika konsumen tidak tertarik dengan kesibukan para pabrikan saat ini, dan kemudian generasi baru kendaraan listrik tak laku dijual.

"Jika mobil listrik ini tak cukup mendapatkan penerimaan di pasar, lalu semua pihak: industri, pekerja, dan politisi, menghadapi masalah besar," kata Chief Executive PSA Carlos Tavares pada saat interview sebelum majalah mingguan berbahasa Jerman, Bild am Sonntag.

Tesla memang telah mengukir kesuksesan di ceruk pasar premium, tetapi mobil listrik belum juga mampu melakukan penetrasi volume penjualan di pasar, dengan pengecualian subsidi besar di Norwegia, dan masih saja pangsa pasarnya secara global di bawah 1%.

Sejumlah pembuat mobil telah berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, dan dalam beberapa kasus menjauhkan diri dari "dieselgate" dengan mengumumkan investasi puluhan miliar euro pada mobil listrik, didukung rencana untuk menjual jutaan dalam satu dekade.

Seperti diketahui, setelah didera skandal dieselgate, VW mengumumkan rencana untuk mengembangkan 30 mobil listrik baru dan menjual 2 juta-3 juta per tahun pada 2025. Bahkan, pada Senin (11/9), VW menaikkan target menjadi 80 model dan mengatakan dibutuhkan kapasitas empat kali kapasitas Gigafactory Tesla untuk suplai baterai mereka.

PELARIAN PEKERJAAN

Baterai adalah satu-satunya komponen yang memiliki nilai terbesar pada mobil listrik. Para pakar menilai adopsi massal kendaraan listrik akan mengalihkan bisnis dan pekerjaan dari pemasok Eropa ke China, yang selama ini mendominassi pasar wadah menyimpan energi.

Menurut perusahaan konsultan AlixPartners, drivetrains listrik termasuk baterai memerlukan tenaga kerja 40% lebih sedikit daripada tenaga mesin. Ini saja akan menghilangkan 112.000 pekerjaan di kalangan pemasok Eropa, bahkan sebelum melakukan outsourcing.

Ifo, lembaga ekonomi di Jerman, mengingatkan bahwa sebuah fase akhir dari mesin pembakaran pada 2030 akan menghilangkan 600.000 pekerjaan di Jerman. Namun, Kanselir Angela Merkel, yang akan dipilih kembali pada 24 September, mengatakan bahwa dirinya "tidak punya altenatif larangan",dalam wawancara Berliner Zeitung yang dipublikasikan pada Selasa.

Setiap keraguan seputar serapan mobil listrik massal bisa membenarkan CEO Fiat Chrysler Sergio Marchionne, salah satu dari sedikit bos mobil yang telah menolak mode plug-in.Ketidakpedulian saya terhadap elektrifikasi didasarkan pada masalah biaya murni," kata Marchionne, baru-baru ini.

Dia memperkirakan bahwa biaya baterai yang tinggi pada mobil listrik serta aturan mesin pembakaran dalam pada mobil konvensional yang makin ketat akan menekan penjualan secara keseluruhan. Dirinya yakin, akan terjadi kenaikan harga yang besar pada 2021-2022 jika elektrifikasi efektif meluas seperti yang diperkirakan orang.

Dan, dari segi ekonomi, kenaikan harga diyakini akan menekan permintaan. Namun, bukankah masih ada banyak faktor yang berpengaruhi permintaan terhadap suatu produk? Kini pilihan keputusan dikembalikan kepada para pabrikan. (f)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper