Bisnis.com, JAKARTA – Tesla Inc mempercepat rencana produksi massal Model 3. Model ini disebut sebagai mobil listrik Tesla yang paling murah (low end)dibandingkan model lainnya.
Chief Executive Elon Musk mengatakan, bahwa model ini telah melewati seluruh tahapan yang ditetapkan regulator untuk diproduksi lebih cepat dua pekan dari yang sebelumnya dijadwalkan.
“Agustus [2017] seharusnya sudah diproduksi 100 unit mobil, dan September [2017] di atas 1.500 unit. Kemudian mulai Desember [2017] ketersediaan bisa mencapai 20.000 unit setiap bulan,” kata Musk seperti dikutip dari halaman berita Reuters, Selasa (4/7/2017).
Model 3 ini akan menjadi senjata utama Tesla untuk membuat volume penjualan berlipat ganda. Perusahaan menargetkan model ini dapat meningkatkan penjualan menjadi 500.000 unit pada 2018. Volume penjualan Tesla sepanjang 2016 ialah 85.000 unit.
Berbagai langkah akan diambil Musk untuk mewujudkan target tersebut. Pabrik di Fremont, California, Amerika Serikat akan diotomatisasi guna meningkatkan produktivitas. Tesla juga tengah membangun pabrik di Nevada, Amerika Serikat yang akan menjadi pemasok baterai.
Selain itu, Tesla juga akan menambah pabrik karena fasilitas di Fremont dinilai tidak mencukupi. Produsen mobil listrik asal Amerika ini sudah semakin dekat untuk membuat pabrik baru di Cina, pasar mobil listrik terbesar dunia sekaligus penyumbang 15% dari total pendapatan Tesla di 2016.
Baca Juga
Harga Jual
Sedan listrik tersebut akan dijual di kisaran harga US$35 ribu atau setara Rp468,05 juta di negara asalnya. Harga tersebut jauh di bawah rata-rata kendaraan Tesla lain, yang biasa dipatok US$90 ribu atau Rp1,2 miliar di Amerika Serikat.
Ambisini ini pun membawa Tesla harus mengumpulkan modal sebanyak mungkin. Selain mengumpulkan pemesananan Model 3 jauh sebelum mulai diproduksi, perusahaan juga meningkatkan kapital dengan penawarasan saham.
Tahun ini, Tesla sudah meraih dana US$1 miliar dari penawaran saham. Satu pihak yang membeli saham tersebut ialah raksasa teknologi Cina, Tenchen, yang mengakuisisi 5% saham Tesla.
Para investor seperti menutup mata pada kerugian Tesla di dalam laporangan keuangan Kuartal I/2017. Selama Januari-Maret 2017, Tesla rugi US$397 juta, meskipun pendapatan mereka naik dua kali lipat menjadi US$2,7 miliar.
Mereka menilai investasi yang digelontorkan sudah sejalan dengan perkembangan teknologi industri otomotif. Seperti yang dilaporkanInternational Energy Agency (IEA), populasi mobil listrik dan hybrid di seluruh dunia telah melampaui 2 juta unit.
Sebanyak 37,50% atau 750.000 unit merupakan penjualan yang terjadi pada tahun 2016. Tren ini diperkirakan berlanjut dan bukan tidak mungkin membuat mobil listrik meraup pangsa pasar 30% dari penjualan mobil baru secara global pada 2030.