Bisnis.com, JAKARTA - Dua perusahaan otomotif asal Jepang, Toyota Motor Corp. dan Nissan Motor Co., menegaskan akan tetap memproduksi kendaraan di pabrik mereka di Inggris, meski Perdana Menteri Inggris Theresa May telah mengumumkan rencananya untuk menarik diri dari pasar tunggal Uni Eropa (Brexit) yang dapat membuat aktivitas ekspor dari sejumlah pabrik di Inggris jadi kurang menguntungkan.
Chairman Nissan Motor Co Carlos Ghosn mengungkapkan bahwa pihaknya tidak ingin menggagalkan komitmen untuk tetap memproduksi versi terbaru dari Nissan Qashqai dan Nissan SUV X-Trail di pabrik miliknya di Sunderland, Inggris.
Rencana itu juga sejalan dengan rencana Toyota untuk tetap menjalankan produksi sejumlah pabriknya di Inggris.
Chairman Toyota, Takeshi Uchiyamada juga menyatakan bahwa pihaknya akan mengambil beberapa langkah strategis untuk meningkatkan daya saing mereka di tengah kemungkinan adanya peningkatan berbagai biaya pasca Brexit.
"Kami mampu bertahan (dalam kondisi ini)," tegas Uchiyamada di sesi wawancaranya dengan pihak Bloomberg Television dalam acara World Economic Forum di Davos, Swiss waktu lalu.
"Di negara manapun di dunia, kami tidak berpikir untuk menutup atau memindahkan pabrik-pabrik kami saat suatu hal yang seperti ini terjadi. Kami akan lakukan hal yang sama seperti (yang juga kami lakukan) di Inggris," tambahnya.
Adanya pabrik milik Toyota dan Nissan, bersama dengan rival senegara mereka, Honda Motor Co., telah membangkitkan industri manufaktur otomotif di Inggris yang tentu saja mengandalkan keanggotaan Inggris di Uni Eropa untuk mengekspor mobil ke negara-negara lain di wilayah tersebut tanpa tarif.
Ancam Keberlangsungan Industri
Asosiasi para produsen dan pedagang di sektor otomotif, Society of Motor Manufacturers and Traders, telah memperingatkan jika mundur dari pasar tunggal dan kembali terkena tarif yang didasarkan pada aturan World Trade Organization (WTO), maka akan mengancam keberlangsungan industri.
Meski demikian, rencana yang digadang-gadang oleh PM Inggris tersebut masih diselimuti ketidakpastian. Para pelaku bisnis berharap Theresa May akan mengambil langkah yang lebih bijak dengan tetap mempertahankan keanggotaan Inggris di pasar tunggal Uni Eropa.
Nissan dan para produsen otomotif lainnya yang juga memiliki pabrik di Inggris berencana untuk meminta pihak pemerintah untuk menegosiasikan beberapa pengecualian tarif jika Inggris telah memutuskan untuk keluar dari pasar tunggal tersebut.
"Para perusahaan otomotif sangat berharap banyak bahwa solusi yang ambil yaitu yang mampu melindungi perdagangan yang intensif," jelas Matthias Wissmann, President of German Auto Industry Group VDA, yang mewakili sejumlah merek besar seperti Volkswagen AG dan BMW AG, serta yang memiliki sejumlah merek Inggris seperti Rolls-Royce, Bentley dan Mini.