Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Merek Lokal: Industri Mati Suri, Peluang Ekspor Melayang

Banyak produsen mobil cap lokal gulung tikar, sehingga tawaran ekspor terancam putus tengah jalan.
Wali Kota Solo Joko Widodo berpose dengan Mobil Esemka Rajawali saat tiba di Jakarta (25/2/2012). Industri mobiln lokal mati suri. /Antara
Wali Kota Solo Joko Widodo berpose dengan Mobil Esemka Rajawali saat tiba di Jakarta (25/2/2012). Industri mobiln lokal mati suri. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak produsen mobil cap lokal gulung tikar, sehingga tawaran ekspor terancam putus tengah jalan.

Sejalan datangnya tawaran ekspor untuk produk mobil cap lokal seperti Esemka dan Tawon, serta anggota Asosiasi Automotive Nusantara atau Asianusa, tak satupun menyatakan kesanggupan. Alasannya, banyak produsen mobil cap lokal telah lama gulung tikar.

Ketua Umum Asianusa Ibnu Susilo mengakui adanya tawaran ekspor tersebut. Namun, setelah adanya pembicaraan awal dengan pihak yang ingin memasarkan produk dari Asianusa di luar negeri tersebut, tak satupun anggotanya menyanggupi.

Ibnu mengungkapkan sejak dua tahun lalu, produsen mobil buatan lokal terlibas dengan derasnya prinsipal besar. Apalagi, katanya, laju ekspansi prinsipal besar malah menggulung habis lahan garapan produsen lokal tersebut.

Semula, para pemain lokal yang seluruhnya anggota Asianusa itu, bermain di mobil kelas pedesaan, dengan kapasitas mesin tak lebih dari 1.000cc. Seiring dengan diketoknya regulasi terkait dengan kendaraan bermotor hemat energi dan harga terjangkau (KBH2 atau low cost green car/LCGC), pasaran produk lokal itu kian menipis.

Hingga saat ini, merek otomotif lokal yang bernaung di bawah bendera Asianusa adalah Fin Komodo, Tawon, GEA, Wakaba, Boneo, Kancil, dan mesin ITM. Kesemuanya merupakan prinsipal lokal dengan kepemilikan dan kandungan produk dijamin sepenuhnya dalam negeri.

Dengan kehadiran LCGC itu, menurut Ibnu, para pelaku lokal kehilangan permintaan. Dengan harga rata-rata produk mobil lokal sekitar Rp80 juta, maka konsumen lari memilih LCGC. Kondisi demikian membuat produsen lokal kembang kempis. Dari seluruh anggota, hanya Fin Komodo yang masih mempertahankan aktivitas produksi.

Sehingga, datangnya tawaran ekspor dari perusahaan importir asal Singapura pun tak mendapat respons positif. “Sudah tidak sanggup produksi, bagaimana bisa jalankan ekspor nantinya,” kata Ibnu kepada Bisnis, Rabu (13/4/2016).

Bisnis berkesempatan menyertai pertemuan antara kepanjangan tangan perusahaan importir asal Singapura itu dan Ibnu. Keduanya baru membahas proyeksi ekspor dengan mempertemukan lebih banyak lagi anggota Asianusa. “Namun dari para anggota, tidak ada yang sanggup,” jelas Ibnu.

Padahal untuk satu anggota Asianusa, pada periode 2012 hingga 2013, mempunyai kemampuan produksi sekitar 40 unit tiap bulan. Sekarang, hanya Fin Komodo yang berhasil melanjutkan kiprah dengan memasok kendaraan khusus perkebunan.

Sebelumnya, perusahaan importir kendaraan bermotor asal Singapura mengincar produk mobil buatan lokal, antara lain Esemka dan Tawon. Menurut sumber yang kini menjadi kepanjangan tangan perusahaan tersebut, perusahaan importi kendaraan itu tengah berupaya meretas pasar di negara-negara Asia Selatan.

“Kami membutuhkan sedikitnya 50 unit tiap bulan, mobilnya jenis pikap seperti prototipe Tawon, dan harganya pun relatif bisa diterima, sekitar Rp60 juta sampai Rp80 juta,” kata sumber tersebut.

Lirik Esemka

Di sisi lain, perusahaan importir itupun telah mendapat gambaran seputar produk Esemka. Berdasarkan penuturan sumber Bisnis tersebut, perusahaan itupun melirik calon produk yang dibesut PT Adiperkasa Citra Esemka.

Dia menuturkan secara spesifikasi, mobil-mobil yang diinginkan adalah jenis pikap dengan ukuran mesin tidak terlalu besar. Dengan spesifikasi tersebut, mobil pikap buatan lokal itu akan mengisi pasar komersial di kawasan Asia Selatan.

“Salah satu yang potensial adalah Bangladesh, di sana produk mobil lokal akan melawan produk keluaran India dan China, analisa kami bisa menang,” katanya.

Sebagai salah seorang praktisi industri otomotif yang membidani banyak diler resmi itu, sumber tersebut memperkirakan Esemka bisa digandeng dikarenakan adanya fasilitas pabrik lumayan besar. “Saya pun telah menghubungi Pak Hosea [PT ACE],” tukasnya.

Managing Director PT ACE Hosea Sanjaya membenarkan terjadi kontak antara dirinya dengan perwakilan perusahaan importir asal Singapura tersebut. Akan tetapi, menurutnya, tawaran ekspor tersebut masih terlalu dini. “Ampun kalau untuk waktu sekarang, namun ke depan pastinya Esemka akan mengarah ke sana [ekspor],” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Kamis (14/4/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper