Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asyiknya Berburu Mobil Antik

Sejak beberapa tahun terakhir, penggemar mobil antik di Indonesia semakin bertambah banyak. Berbagai gelaran pameran mobil antik di dalam negeri terbukti mampu menyedot banyak peserta dan pengunjung.
Ilustrasi mobil antik/bbc.co.uk
Ilustrasi mobil antik/bbc.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Sejak beberapa tahun terakhir, penggemar mobil antik di Indonesia semakin bertambah banyak. Berbagai gelaran pameran mobil antik di dalam negeri terbukti  mampu menyedot banyak peserta dan pengunjung.

Menurut periset dan kolektor mobil antik Azman Osman, tren mengoleksi mobil antik di dalam negeri baru berkembang dalam 8 tahun terakhir. “Dulu, sebelum 2007, mobil antik atau klasik cuma jadi rongsokan yang tidak banyak dilirik,” ujarnya. Padahal, sebagai collector item, seringkali beberapa mobil dibanderol dengan harga cukup fantastis. Tak pelak, rupiah, waktu dan tenaga ikut dikorbankan.

Seperti Hartawan Setjodiningrat, kolektor puluhan mobil antik yang juga penasehat Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI). Pria yang dipanggil Hauwke ini tekun menyusuri setiap ruas jalan peninggalan Belanda yang tersebar di banyak daerah di Indonesia. Dia yakin di sana akan bertemu mobil impian.

Kisah cintanya dengan mobil antik bermula dari trip ke Belanda, yang mempertemukannya dengan Kereta Setan, sebuah buku karangan warga Belanda yang pernah tinggal di Indonesia. Buku itu merekam perkembangan alat transportasi di Indonesia sejak 1895 sampai 1930, dari mulai tandu hingga munculnya mesin. “Dari sana saya mulai tertarik dan makin membuka mata untuk tahu seluk beluk mobil antik di Indonesia.”

Hauwke pun memulai perburuan. Dengan telegram dan surat—alat komunikasi paling populer ketika itu, dia rajin mengontak kenalannya di daerah. Nongkrong  di kantor pos juga dilakukan demi menanti surat balasan. “Kegiatan ini berlangsung terus sampai hampir tidak sadar koleksi saya sudah berada di angka 200-an, dan saya bingung sendiri harus dikemanakan koleksi ini,” ujar pemilik Hauwke Auto Gallery yang membeli mobil pertamanya, sebuah Austin Seven Touring keluaran 1937 pada 1980 seharga Rp750.000.

Yos Darmawan, penasihat PPMKI DPD Bali, bahkan untuk beberapa waktu harus sabar menahan rasa terhadap mobil lawas. Kepuasan diperoleh ketika Yos, yang telah lama suka mobil lawas, mampu membeli mobil klasik pertamanya, Fiat 1100 keluaran 1950, dengan penghasilan sendiri pada 1996.

Sejak itu, koleksinya terus bertam-bah, dan kini mencapai lebih dari 20 unit. Tak jarang item yang dikoleksinya tergolong langka dan bersejarah. Contohnya Plymouth 1948, yang pernah dimiliki Ibu Negara Fatmawati.

BPKB asli atas nama Fatmawati ber-alamat Jl. Wijaya, Jakarta Selatan, me -nam bah nilai item satu ini. Tak pelak, koleksi itu menimbulkan dilema. “Jika menurut aturan, perpanjangan BPKB harus balik nama lebih dulu. Kalau balik nama, BPKB yang lama diambil. Kalau diambil, nilai sejarahnya hilang. Untuk mempertahankan nilai sejarah dan keotentikan mobil, terpaksa tidak memperpanjang BPKB.”

Selain tren mengoleksi mobil antik, belakangan berkembang pula tren kolektor menitipkan koleksinya di museum. Di Indonesia, paling tidak ada dua museum khusus yang memamerkan koleksi kendaraan lawas yakni Museum Mobil Sentul di Bogor dan Museum Angkut di Malang. “Awalnya, kami dapat mobil dari hibah dan titipan kolektor, tapi tidak sedikit yang kami beli langsung dari para kolektor, kalau memang mereka mau melepas,” ujar Yokka Rhismadora, Relation Officer Musem Angkut.

Banyak hal yang membuat kolektor terjerat pesona mobil antik. Keelokan paras salah satunya. Di sisi lain, body kokoh karena banyak bagian rangka terbuat dari besi dan chrome. Faktor lain, kualitas mesin. Meskipun telah berusia puluhan hingga ratusan tahun, mobil antik tergolong tidak mudah rusak. Terbukti, banyak yang masih mampu berjalan baik dan  bandel  saat diajak touring  antar kota.

“Awet dan tahan banting. Bahkan, sampai saat ini masih kuat untuk konvoi atau parade jarak jauh.  Bayangin!” Seru Soedariono, kolektor puluhan mobil antik yang juga Wakil Manajer Museum Angkut Malang. Oleh karena itu, kolektor menilai perawatan mobil antik tidak terlalu membebani. Alih-alih soal perawatan, tantangan mengoleksi mobil antik yaitu berburu sparepart orisinil.

“Sangat sulit karena sudah tidak diproduksi lagi. Kalaupun ada, harganya sangat mahal,” ujar Gunawan Wibisono, Ketua Baloenk Cilik Purwokerto di paguyuban Indonesia Corolla Clasic.

Hermoyo, penyedia sparepart  mobil antik Garasi Tua Online, menyebutkan seringkali harus keluar negeri untuk mencari sparepart  orisinal. “Kadang baru dapat 3 bulan kemudian.” Untuk mengantisipasinya, Hermoyo  memanfaatkan sparepart atau aksesori ‘copotan’ yang masih dapat digunakan dari potongan mobil yang sudah tidak lagi dipakai, serta replika. Oleh karena itu, ujar Adri Widodo, pemilik bengkel Cars Classic, pengerjaan mobil klasik lebih makan waktu.

Jika pengerjaan mobil modern dapat diselesaikan dalam hitungan minggu, pengerjaan mobil klasik dapat makan waktu bulanan hingga tahunan. Karen Setio, pemilik bengkel Rent Autoworks, menambahkan pengerjaan mobil klasik menuntut ketelitian lebih dan tidak dapat diburu-buru. Beruntung kini para pemburu mobil antik dimudahkan perkembangan teknologi. Kehadiran internet membuat kolektor dalam dan luar negeri mudah menjalin koneksi. Di sisi lain, ada komunitas yang memperkuat jaringan.

Tidak mudah memang menentukan nilai mobil antik. Tidak ada pasar yang dapat dijadikan acuan harga. Seringkali harga terbentuk berdasarkan sisi emosional dari penjual dan pembeli. Namun, semakin tua tahun produksi, semakin langka jumlahnya, hargapun semakin tinggi.  Tingkat orisinalitas dan peristiwa sejarah yang terkait turut memengaruhi nilai sebuah mobil antik. “Malah, nilai sejarah bisa jauh lebih mahal dari harga mobil itu sendiri,” ujar Yos.

Menurut Benny Sriamin, pengurus Komunitas Alpina Society Indonesia, restorasi tidak serta merta mendongkrak harga mobil ketika akan dijual kembali. Terkadang, harga  item yang telah direstorasi baru terdongkrak setelah bertahun-tahun kemudian.

Namun, berapapun rupiah yang harus keluar, bagaimanapun waktu dan tenaga yang dihabiskan demi mendapatkan mobil idaman, sepertinya bukan masalah bagi para pemburu mobil antik. “Mobil klasik adalah passion saya, mereka adalah anak-anak saya ketika sudah masuk di gerbang pintu rumah saya,” ujar Hauwke yang menurunkan hobi mengoleksi mobil klasik kepada anaknya.

(Wike  D. Herlinda, Ipak Ayu H. Nurcahya , A Zizah Nur Alfi, Anggi Oktarinda)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggi Oktarinda
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (6/9/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper