Bisnis.com, TANGERANG - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai pasar otmotif domestik sepanjang tahun ini cenderung mengalami perlambatan terutama dipengaruhi kenaikan harga BBM.
Kondisi itu dipengaruhi berbagai kebijakan ekonomi yang diterbitkan pemerintah, khususnya terkait fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi alias Premium. Dampak psikologis dari lonjakan harga dirasa lebih besar daripada kondisi tatkala harga stabil di angka yang lebih mahal dari sebelumnya.
Sekretaris Jenderal Gaikindo Noergadjito berpendapat mana kala terjadi kenaikan harga, konsumen cenderung menunda pembelian. Pergerakan harga Premium dinilai sebagai faktor yang paling rentan memengarui penjualan kendaraan bermotor.
“Kalau harganya tinggi terus tidak apa-apa. Tapi kalau naik membuat ada penundaan pembelian sekitar dua hingga tiga bulan,” ucapnya seusai konferensi pers Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), di Kota Tangerang Selatan, Selasa (5/5/2015).
Selain pergerakan harga bensin bersubsidi, kebijakan makroekonomi lain yang turut memengaruhi adalah suku bunga acuan Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan tentunya laju inflasi.
Namun dari semua faktor yang ada, pergerakan harga Premium dinilai berperan paling signifikan. Selama kuartal I/2015 dengan pertumbuhan ekonomi di level 5% tetapi penjualan kendaraan di dalam negeri anjlok 14%.
Gaikindo mencatat total penjualan selama Januari – Maret tahun ini sejumlah 282.569 unit, sedangkan periode yang sama tahun lalu 328.500 unit. Idealnya, imbuh Noergadjito, penjualan kendaraan tumbuh dua kali lipat pertumbuhan ekonomi.
“Namun kondisi pada kuartal pertama tidak normal. Oleh karena itu kami harus berhati-hati dalam membuat proyeksi penjualan tahun ini,” ucapnya.