Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Industri Komponen Ikut Terkikis

Merosotnya penjualan mobil dan sepeda motor pada kuartal I/2015 ikut mengikis kinerja industri komponen lokal yang tergabung dalam Koperasi Industri Komponen Otomotif hingga 30%
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Merosotnya penjualan mobil dan sepeda motor pada kuartal I/2015 ikut mengikis kinerja industri komponen lokal yang tergabung dalam Koperasi Industri Komponen Otomotif hingga 30%.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, pada kuartal pertama tahun ini total penjualan mobil secara wholesales hanya menyentuh 282.342 unit. Penjualan pada kuartal I/2015 itu menurun sekitar 14,05% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 328.500 unit..

Sedangkan merujuk data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan secara wholesales sepeda motor kuartal I/2015 hanya mencapai 1,646 juta unit.

Raihan tersebut menurun sekitar 17,3% dari capaian periode yang sama tahun lalu sebanyak 1,990 juta unit.

Menurut Sekretaris Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Rony Hermawan hal ini tak terlepas dari hasil produksi anggotanya yang sebagian besar diperuntukan bagi keperluan original equipment manufacturer (OEM) bagi perusahaan-perusahaan otomotif besar.

Dia menyebut, dari sekitar 70 perusahaan komponen lokal yang bernaung di bawah KIKO, tak lebih dari 5 industri yang menyasar pasar after market.

“Baik yang menyasar OEM atau after market kondisinya saat ini sama. Kinerja turun 30% dari kuartal I tahun lalu,” katanya kepada Bisnis, Rabu (22/4/2015).

Sebelumnya, industri komponen lokal yang tergabung dalam KIKO pun terancam dengan agresifnya investor komponen asing yang mendirikan pabrik di Indonesia.

Alih-alih memperkuat sektor komponen, kehadiran produsen asing itu disinyalir menggembosi pasar produsen lokal.

Akibatnya, omset pemain lokal yang secara keseluruhan diperkirakan mencapai Rp110 miliar tiap bulan harus susut 5%-10%.

Rony mengatakan, penurunan kinerja pun diperparah dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah.

Hal tersebut mengerek biaya produksi karena sebagian material masih impor.

Dia menyampaikan, saat ini pemain lokal yang tergabung dalam KIKO memproduksi komponen dengan bahan dasar besi, plastik dan karet.

“Seperti stang dan knalpot sepeda motor. Untuk mobil kami menyuplai komponen yang terdapat di bagian dalam rangka kendaraan,” ujarnya.

Rony menyatakan, penurunan kinerja bisa berlanjut hingga sepanjang tahun. Hal ini disebabkan perbaikan di sektor makro ekonomi belum dirasakan pelaku industri.

Sinyalemen penurunan kinerja tersebut terlihat dari rencana produksi komponen sepeda motor yang tahun ini diperkirakan hanya sekitar 4,8 juta unit.

Jumlah tersebut menurun dari capaian tahun lalu yang menapak 6 juta unit komponen.

Menurutnya hal itu akan terjadi pula pada komponen kendaraan roda empat atau lebih. Tapi untuk jumlah, Rony tidak bisa menyebutkannya.  

Sebagai gambaran, penurunan pasar otomotif tahun lalu telah mengoreksi perkiraan omset yang pada awal 2014 dipatok bisa menembus Rp1,4 triliun.

Akan tetapi hingga akhir tahun besaran omset yang terealisasi dari para pelaku industri komponen lokal itu hanya di kisaran Rp1,3 triliun.

“Ini berhubungan langsung dengan daya beli masyarakat karena ekonomi yang melambat,” tuturnya.

Biasanya, perilaku konsumen selama ini menunjukan melakukan belanja produk otomotif jelang akhir tahun meski harga jualnya melonjak, akan tetapi pada 2014 hal itu tidak terjadi.

Alhasil tahun lalu penjualan mobil hanya 1,208 juta unit turun dari tahun sebelumnya yang sebanyak 1,229 juta unit.

Meski demikian KIKO berharap ada penaikan kinerja di periode berikutnya. Karena pemerintahan baru akan merealisasikan pembangunan dan perbaikan ekonomi sehingga pasar otomotif kembali menunjukkan tren positif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper