Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Turun, Pasar Mobil Tak Terpengaruh

Pelaku industri kendaraan roda empat atau lebih menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 0,25% tidak akan berpengaruh signifikan pada kinerja penjualan, tanpa dibarengi penguatan pada variabel makro ekonomi lainnya
Pelaku industri kendaraan roda empat atau lebih menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 0,25% tidak akan berpengaruh signifikan pada kinerja penjualan./JIBI
Pelaku industri kendaraan roda empat atau lebih menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 0,25% tidak akan berpengaruh signifikan pada kinerja penjualan./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri kendaraan roda empat atau lebih menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 0,25% tidak akan berpengaruh signifikan pada kinerja penjualan, tanpa dibarengi penguatan pada variabel makro ekonomi lainnya.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto mengatakan, penurunan suku bunga acuan memang bisa menjadi salah satu faktor yang akan mendongkrak penjualan. Karena hal tersebut berkaitan langsung dengan kredit kendaraan bermotor (KKB).

Merujuk data Gaikindo, total penjualan mobil secara wholesales pada Januari 2015 hanya mencapai 94.149 unit. Jumlah tersebut merosot sekitar 9,13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 103.609 unit.

Dari informasi yang dihimpun Bisnis, faktorpenurunan penjualan tersebut salah satunya diakibatkan pemerintah menaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dari 7,5% menjadi 7,75% beberapa waktu lalu.

Namun, dia menilai, saat pemerintah menurunkan kembali suku bunga acuan 25 basis poin belum lama ini, tidak akan terlalu berpengaruh  banyak dalam mendongkrak kinerja penjualan. Agar industri bertumbuh penurunan suku bunga acuan harus ditunjang pula dengan nilai tukar rupiah yang stabil serta pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

“Suku bunga acuan kita cukup tinggi, meski ada penurunan dampaknya tidak akan signifikan karena tidak bisa berdiri sendiri,” katanya kepada Bisnis, Senin (23/2).

Di sisi lain pemerintah pun diharapkan dapat menekan laju inflasi akibat harga bahan bakar dan tarif dasar listrik yang naik. Ditambah dengan penetapan pajak progresif yang relevan, upah minimum provinsi yang proporsional serta penetapan uang muka cicilan kendaraan yang relatif memudahkan konsumen.

Tahun ini, pertumbuhan ekonomi diprediksi di kisaran 5,4%-5,8%. Sedangkan kisaran inflasi diperkirakan di angka 6% lebih. Hal tersebut dinilai masih akan membuat pasar mobil pada 2015 jalan di tempat, dengan asumsi total pasar tahun lalu mencapai 1,208 juta unit.

Dia menambahkan, karena faktor ekonomi yang saling menopang tidak ada besaran suku bunga ideal bagi pertumbuhan industri. “Suku bunga hanya satu faktor. Angka ideal itu gak ada karena semua terkait,” ujarnya.

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Rahmat Samulo mengatakan, pihaknya belum bisa memprediksi dampak penurunan suku bunga acuan tersebut terhadap penjualan. Meski demikian, penurunan tersebut bisa jadi sinyal positif pertumbuhan karena 50% konsumen TAM membeli dengan kredit.

Menurut dia, pertumbuhan industri masih bisa tersendat saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih anjlok. Pertumbuhan ekonomi yang dipatok tahun ini pun dinilai kurang signifikan. Di sisi lain, harga komoditas yang menopang ekonomi di beberapa daerah belum kembali bangkit.

“Saya rasa tidak ada angka suku bunga yang ideal, tapi semakin kecil menjadi lebih baik. Di sisi lain semua faktor ekonomi itu salaing mendukung dan tidak bisa berdiri sendiri,” ucapnya.

Direktur Pemasaran PT KIA Mobil Indonesia (KMI) Hartanto Sukmono mengatakan, turunnya suku bunga acuan sebesar 25 basis poin belum tentu diikuti oleh bank dan lembaga pembiayaan. Pasalnya, faktor penentu ekonomi lainnya masih mengalami ketidakpastian.

Salah satunya adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Hartanto berasumsi, meski mayoritas merek berproduksi di Indonesia, tetapi masih banyak komponen yang harus diimpor dari luar negeri. Terlebih semua kendaraan KIA diimpor langsung dari Korea Selatan.

Selain itu, gejolak politik pun selalu berdampak langsung pada stabilitas ekonomi. Di sisi lain, sekitar 80% konsumen mobil KIA melakukan transaksi secara kredit.

“Yang paling mempengaruhi adalah situasi pasar dan ini ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Karena ketidakpastian banyak dari mereka cenderung menunda pembelian,” katanya.

General Manager Marketing Strategy and Product Planning PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin mengatakan, dengan penurunan suku bunga acuan tersebut tidak bisa menjadi ukuran dalam memprediksi kinerja ke depan.

Budi mengamini Hartanto, hal ini akan bergantung pada bank dan lembaga pembiayaan dalam menyikapi penurunan tersebut. Kecuali nilai tukar rupiah menguat sehingga masyarakat dapat mengambil langkah konkrit dalam melakukan transaksi.

“Suku bunga akan normal jika rupiah stabil. Jika mata uang kita menguat signifikan mungkin suku bunga acuan bisa 6%-6,5% atau setidaknya 7%,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper