Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Mobil Cenderung Stagnan

Pemerintah maupun pelaku usaha memperkirakan ekspor mobil dalam bentuk utuh tahun ini cenderung tak bergerak banyak dari raihan tahun lalu seiring dengan pelambatan ekonomi dunia
Pemerintah maupun pelaku usaha memperkirakan ekspor mobil dalam bentuk utuh tahun ini cenderung tak bergerak banyak dari raihan tahun lalu seiring dengan pelambatan ekonomi dunia./JIBI
Pemerintah maupun pelaku usaha memperkirakan ekspor mobil dalam bentuk utuh tahun ini cenderung tak bergerak banyak dari raihan tahun lalu seiring dengan pelambatan ekonomi dunia./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah maupun pelaku usaha memperkirakan ekspor mobil dalam bentuk utuh tahun ini cenderung tak bergerak banyak dari raihan tahun lalu seiring dengan pelambatan ekonomi dunia.

Hal ini tak terlepas dari jumlah ekspor yang selalu mengikuti pasar di negara tujuan. Pelaku usaha dan pemerintah mengakui jika pelambatan ekonomi global seperti karena anjloknya harga minyak, kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, serta krisis Yunani ikut mengurangi daya beli terhadap kendaraan di negara-negara tujuan ekspor.

Padahal sejak 2010 tercatat angka ekspor mobil dalam bentuk utuh selalu menanjak. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, di tahun tersebut jumlahnya hanya 85.796 unit.

Setahun berikutnya bertumbuh menjadi 107.932 unit. Pada 2012 mencapai 173.371 unit. Pada 2013 jumlah ekspor mobil dalam bentuk utuh (CBU) sempat menurun menjadi 170.958 unit. Sedangkan tahun lalu jumlahnya meningkat kembali mencapai 202.273 unit.

“Ekspor kan tergantung permintaan negara tujuan, saya pikir tahun ini akan stagnan. Jumlah ekspor yang di road map [peta jalan] tahun ini sulit tercapai,” kata Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono kepada Bisnis, Selasa (17/2/2015).

Dalam peta jalan ekspor yang dicanangkan Kemenperin, jumlah mobil produksi dalam negeri yang ‘dilempar’ ke pasar internasional hingga tahun ini direncanakan sebanyak 386.000 unit. Jumlahnya diharapkan terus bertumbuh hingga pada 2020 mencapai 622.000 unit, dan pada 2025 mencapai 1,002 juta unit.

Ditemui dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Gaikindo Sudirman Maman Rusdi mengamini jika ekspor akan stagnan. Selain karena kondisi ekonomi global yang sedang buruk, negara tujuan ekspor pun tahun ini diperkirakan tidak akan bertambah. 

Menurutnya tahun lalu ada sekitar 89 negara yang menjadi tujuan ekspor yang tersebar di kawasan Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan. Sedangkan merek yang mengekspor kendaraannya dari Indonesia adalah Daihatsu, Toyota, Suzuki, Nissan, Honda Chevrolet, Hino serta Hyundai.

Jumlah tersebut tetap sama seperti pada 2013. Sebagai catatan, pada tahun tersebut ima besar negara tujuan ekspor adalah Arab Saudi 41.368 unit, Filipina 19.956 unit, Thailand 18.775 unit, Jepang 13.367 unit, dan Malaysia 10.887 unit.

Meski tahun lalu negara tujuan ekspor tak bertambah dari tahun sebelumnya, Sudirman mengaku ekspor meningkat karena ada pasar segmen kendaraan baru yang dibuka. Dia menyebut, segmen baru tersebut adalah low cost green car yang berhasil dikirim keluar negeri sekitar 9.000-10.000 unit.

“Ekspor tahun ini sama seperti tahun lalu karena tidak ada penambahan negara baru dan tergantung permintaan negara tujuan. Tahun lalu ekspor meningkat karena LCGC terkirim 9.000-10.000 unit,” ujarnya.

General Manager Marketing Strategy and Public Relations PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin mengakui hal serupa. Selain tergantung permintaan negara tujuan, ekspor mobil dari Indonesia akan sangat ditentukan oleh keputusan prinsipal.

Hal ini dikarenakan prinsipal sudah memetakan jenis produk yang dibuat di suatu negara berdasarkan pasar di sana. Dia mencontohkan, Indonesia identik dengan segmen multi purpose vehicle (MPV) sedangkan Thailand cenderung kuat di segmen sedan dan kabin ganda.

“Seperti di Thailand ada depresiasi bath, itu membuat kami berpikir sulit melakukan penetrasi ekspor. Saat ekonomi global seperti dolar terganggu itu membuat pasar di negara tujuan tidak stabil karena harga jadi lebih mahal,” ucapnya.   

Ke depan pihaknya berencana melakukan ekspor produk Datsun ke negara-negara Asean di luar Malaysia, Singapura, dan Thailand karena mempunyai potensi yang dinilai prospektif.

Rencana ekspor Nissan per tahun adalah sekitar 6.000 unit Juke dan 2.400 unit Livina X Gear dalam bentuk CBU ke Thailand. Serta sekitar 9.000 unit Grand Livina dan Livina X Gear per tahun dalam bentuk terurai (CKD) ke Malaysia.

Jumlah tersebut menurun dari target tahun lalu yang dipatok 1.000 unit per bulan. Tahun ini pun NMI kehilangan ekspor 400 unit X Trail ke Malaysia dan Thailand karena di masing-masing negara telah diproduksi sendiri.

General Manager External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Teguh Trihono mengamini Budi. Terkait ekspor akan sangat bergantung permintaan pasar. TMMIN bahkan hanya mematok pertumbuhan ekspor tahun ini dikisaran 10%.

Padahal di tahun sebelumnya TMMIN selalu berusaha meningkatkan jumlah ekspor mencapai 30% per tahun. Sepanjang 2014, raihan ekspor TMMIN menembus kisaran 160.000 unit, tumbuh sekitar 35% dibandingkan tahun sebelumnya 118.000 unit.

Jumlah ekspor TMMIN pada 2014 tersebut, sekitar 68% dikirim ke 9 negara di Timur Tengah yaitu Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Suriah, Uni Emirat Arab, dan Yaman.

“Dalam melakukan ekspor bukan tanpa alasan, tapi karena permintaan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper