Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Mobil Kuartal I/2015 Berpotensi Turun, Ini Penyebabnya

Penjualan mobil secara wholesales pada Januari 2015 hanya mencapai 96.149 unit, sehingga pelaku usaha menilai raihan pada kuartal I/2015 akan merosot dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
Penjualan mobil di Indonesia. / Bisnis
Penjualan mobil di Indonesia. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan mobil secara wholesales pada Januari 2015 hanya mencapai 96.149 unit, sehingga pelaku usaha menilai raihan pada kuartal I/2015 akan merosot dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pasalnya, catatan penjualan pada Januari 2015 yang merujuk data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tersebut, merosot sekitar 7,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 103.609 unit.

Pelaku usaha menilai, rata-rata penjualan per bulan pada kuartal pertama tahun ini sulit menembus angka psikologis 100.000 unit. Sebabnya sekonomi masih melambat dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang dianggap masih tinggi serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang tak kunjung membaik.

Padahal, merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) rata-rata penjualan mobil per bulan pada kuartal pertama tahun lalu bisa mencapai 109.000 unit lebih. Penjualan pada Januari 2015 sebenarnya mengalami kenaikan sekitar  22% dari penjualan pada Desember 2014 yang mencapai 78.802 unit.

General Manager Marketing Strategy and Public Relations PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin mengatakan, kenaikan penjualan pada Januari tersebut hanyalah sebuah bentuk penyesuaian yang dilakukan agen pemegang merek (APM) setelah menekan wholesales akhir tahun lalu.

Menurutnya, pada kuartal IV tahun lalu agen pemegang merek sengaja menurunkan penjualan secara wholesales agar stok di tataran retailsales tidak menumpuk. Gaikindo mencatat di tiga bulan terakhir tahun lalu secara berturut-turut jumlah penjualan adalah 105.222 unit, 91.327 unit, dan 78.802 unit.

Oleh karena itu pabrikan berusaha meningkatkan penjualan ke diler pada Januari, tetapi tidak dalam angka yang relatif besar. Analisis Budi, hal itu dilakukan karena melihat pola konsumen yang masih menahan pembelian terdampak pelambatan ekonomi.

“Kuartal I/2015 feeling saya sulit menembus 100.000 unit. Jika Januari naik dari Desember itu hanya adjustment tapi APM belum berani wholesales besar-besaran karena konsumen menahan, sehingga kuartal pertama bisa turun 5%-10%,” katanya kepada Bisnis.com, Minggu (8/2/2015).

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan, penjualan Januari 2015 turun dinbandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menandakan sebuah refleksi antisipasi terhadap pasar yang dilakukan APM karena situasi ekonomi belum sesuai harapan.

Sehingga, menurut Semulo, APM lebih konservatif melakukan wholesales. Jika pun penjualan Januari meningkat cukup tajam dibandingkan Desember, Samulo menilainya Karen faktor hari kerja pada Januari yang lebih panjang.

“Kondisi ekonomi diterjemahkan menjadi sikap kehati-hatian olrh pelaku usaha,” ujarnya kepada Bisnis dalam kesempatan berbeda.

Menurut samulo,penjualan akan mencapai rata-rata 100.000 unit lebih per bulan saat memasuki semester II tahun ini. Pada periode tersebut optimisme pasar cenderung meningkat dengan asumsi pemerintah melakukan perbaikan pada variabel makro ekonomi.

Dia menyimpulkan, penjualan pada semester I/2015 tidak akan jauh berbeda dengan paruh kedua tahun lalu. Sebagai gambaran, penjualan pada semester II/2014 mencapai 565.909 unit atau rata-rata per bulan hanya 94.000 unit lebih.

“Pertumbuhan penjualan akan bergantung situasi ekonomi. Jika pemerintah tidak memperbaiki makro ekonomi penjualan akan stagnan,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto mengamini jika penjualan Januari meningkat dari Desember karena faktor hari kerja yang lebih panjang. Namun menurutnya pasar pada awal 2015 sulit melejit karena tidak ada faktor spesial yang akan menstimulus penjualan.

“Awal tahun tidak ada pergerakan signifikan. Ekonomi biasa saja, BI  rate masih7,75%. Tidak ada faktor yang menaikan atau menurunkan penjualan secara drastis,” katanya.

Jongkie menambahkan, optimisme pasar akan terangkat jika pemerintah mempu menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Selain itu, wacana peralihan subsidi dari bahan bakar ke pembangunan infrastruktur untuk mendorong sektor riil segera direalisasikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper