Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saingi Mobil Jepang, Prinsipal Korsel Perlu Tambah Pabrik di Asia Tenggara

Penetrasi prinsipal otomotif Korea Selatan ke Indonesia tidak besar guna meraup market lebih banyak diperlukan tambahan investasi, salah satunya dengan membangun pabrik.
 Logo Mobil Hyundai/Jibi
Logo Mobil Hyundai/Jibi

Bisnis.com,  JAKARTA - Penetrasi prinsipal otomotif Korea Selatan ke Indonesia tidak besar guna meraup market lebih banyak diperlukan tambahan investasi, salah satunya dengan membangun pabrik.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat ada 2 merek Korsel masuk ke Indonesia, yakni Hyundai dan Kia masing-masing terjual 3.869 dan 12.121 unit. Total penjualan keduanya 15.990 unit setara 1,3% wholesales (penjualan dari pabrikan ke diler) nasional 1,23 juta unit.

Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto berpendapat kecilnya penjualan lantaran produk yang dipasarkan kurang cocok dengan mayoritas kebutuhan konsumen. "Padahal sebetulnya, mereka memiliki semua [varian] produk mobil di semua segmen," katanya kepada Bisnis, Jumat (31/1/2014).

Tak ada salahnya Korea Selatan mengikuti strategi bisnis prinsipal Jepang. Toyota, misalnya merek ini berhasil menguasai 36% pasar otomotif nasional dengan merilis produk yang kegunaannya paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, dominasi perusahaan asal Negeri Sakura juga terdorong dari keberanian mereka untuk menempatkan basis produksi di Tanah Air. Dengan kata lain, merek Korsel perlu menambah investasinya melalui pengadaan pabrik.

Pasalnya, prinsipal asal Negeri Gingseng memang belum menunjukkan komitmen berarti terkait investasi di kawasan Asia Tenggara. Padahal, lokalisasi produksi di negara tujuan pemasaran dapat mengurangi biaya impor kendaraan.

"Merek Korsel itu juga kan tidak bisa memakan fasilitas AFTA sehingga produksi tidak bisa lempar sana-sini [di antara negara Asean]. Di Indonesia, mereka tetap kena bea masuk 20% untuk impor mobil utuh. Jadi tetap sulit bersaing," ujar Jongkie.

Pria yang juga menjabat Wakil Presiden Komisaris PT Hyundai Mobil Indonesia (HMI) itu mengaku terus berupaya mendorong agar Korsel mau menanamkan kapital lebih banyak di Asia Tenggara. Dan negara paling potensial di kawasan ini tentunya Indonesia.

Pasar domestik RI dinilai menjanjikan, apalagi permintaan domestik atas kendaraan bermotor terus meningkat setiap tahun. Hal ini terdorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah di tengah populasi penduduk yang mencapai 250-an juta jiwa.

Bisnis Hyundai dan Kia nampak kurang menggembirakan sepanjang tahun lalu. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan Hyundai merosot sekitar 64% menjadi 3.869 unit dari 6.042 unit pada 2012. Sedangkan Kia turun hingga 89% dari 13.651 unit menjadi 12.121 unit.

Presiden Direktur HIM Mukiat Sutikno mengatakan penurunan wholesales terpengaruh berhentinya kiriman Avega. Padahal, hatchback ini sebelumnya berkontribusi hingga 25% terhadap penjualan di Indonesia.

"Penjualan drop dibanding 2012 karena ada Hyundai Avega yang sudah tidak [disuplai] pada 2013. Sebab, life cycle mobil ini dari pusatnya [Korea Selatan] memang sudah habis," tuturnya.

Menyoal peluang RI dijadikan basis produksi Hyundai, Mukiat menolak berkomentar lebih jauh. Guna menyuburkan bisnis di Indnonesia, setidaknya HMI mengajukan usulan kepada prinsipal pusat untuk masuk ke segmen gemuk low MPV.

"Kami tengah mempelajari produk baru di segmen hatchback lagi tapi [seiring depresiasi rupiah terhadap dolar AS] harganya mungkin tak semurah Avega dulu. Sedangkan low MPV, kami juga memberi masukan," ucap Mukiat.

Mobil serbaguna (multipurpose vehicle/MPV) merupakan segmen terbesar di industri otomotif nasional, terutama low MPV. Tapi, baik Hyundai maupun Kia tidak ada yang terjun ke segmen tersebut.

HMI hanya menjagokan H-1 di kelas upper MPV dengan total wholelsales 585 unit sepanjang 2013. Kia juga cuma punya satu produk untuk segmen mobil multifungsi, yakni Kia Carens II bermain di kelas medium MPV, terjual 266 unit.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper