Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun diperkirakan menjadi salah satu sektor industri yang akan survival pada 2014, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan sektor industri otomotif dalam negeri mendapat tantangan dari sisi pemasaran.
Ketua Pembina Gaikindo Soebronto Laras mengatakan perkiraan kondisi ekonomi tahun depan tidak begitu menguntungkan untuk sektor industri otomotif. Namun, dalam industri otomotif, tidak ada kata kalah dalam berperang.
Bila tahun lalu, penjualan mobil mencapai 1,1 juta unit, tahun ini Gaikindo memperkirakan bisa mencapai 1,2 juta. Data November mencatat penjualan mobil sudah mencapai 1,132 juta unit.
“Statement Gaikindo kan memang seolah tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Padahal yang terjadi sekarang, yang berbahaya ada pada sektor penjualannya, pemasaran terganggu,” kata Soebronto, seusai acara konferensi pers Economy Outlook 2014 di kantor Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Kamis (19/12).
Menurutnya, dari angka penjualan 1,2 juta unit tahun ini, diperkirakan belum tentu faktanya sebanyak 1,2 juta unit. Pasalnya, diperkirakan akan ada stok barang (mobil) yang idle di pasar. “Data yang digunakan ke penjualan itu yang namanya wholesale, dari pabrik ke distribusi. Sebenarnya stok mobil banyak, jadi artinya kalau dijumlahkan belum tentu ada 1,2 juta,” tambah Soebronto.
Banyaknya stok yang idle ini bisa terlihat dari maraknya agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang memberikan diskon cukup tinggi, bahkan hingga Rp25 juta per unit. Artnya, lanjut dia, banyak barang yang akhirnya dibuang ke masyarakat lantaran akan lebih mahal lagi bila stok itu disimpan.
Beberapa faktor yang membuat terganggunya kegiatan pemasaran a.l terus meningkatnya suku bunga acuan atau BI Rate yang kini sudah mencapai 7,5%. Padahal, awal tahun 2013, BI Rate dibuka dengan 5,75%. Kemudian, adanya kebijakan baru down payment sebesar 30%, serta terjadnya pelemahan rupiah yang berkelanjutan hingga kini.
Dari penjualan 1,2 juta unit tahun ini, kemungkinan ada stok yang stagnan/idle di pasar sebanyak 100.000 unit. Dengan demikian, populasi penjualan mobil tahun ini sebenarnya 1,1 juta unit. Untuk tahun depan, pihaknya melihat kondisi perekonomian masih kurang menguntungkan. Adanya kebijakan BI yang meminta agar bank tidak men-support consumer finance, seperti otomotif merupakan salah satu faktornya
Di satu sisi, kebijakan BI tersebut cukup bagus untuk menjaga bank dari berbagai masalah. Namun di sisi lain, hal tersebut juga cukup menghambat industri. “Ini masalah besar buat kami, karena tahun depan itu tahun politik dan 2015 sudah menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),” katanya.
Pada saat berlakunya MEA 2015, seluruh negara Asean akan berlomba dan bersaing. Saat ini pasar mobil di Asean sekitar 3,7 juta unit dan pada 2015 diperkirakan akan mencapai 4,5 juta unit. Hal ini disebabkan adanya beberapa negara lain yang sektor otomotifnya mulai hidup kembali, seperti Myanmar.
Soebronto menjelaskan, penjualan Thailand mencapai 1,3 juta unit, Indonesia 1,1 juta unit dan Malaysia 600.000 unit. Ditambah dari Myanmar, Vietnam, Laos dan Kamboja sekitar 700.000 unit-800.000 unit. “Jumlahnya menjadi 3,7 juta-3,8 juta unit. Tahun depan katakanlah naik 10-%-20%, bisa 4 juta unit. Kondisi yang ada saat ini membuat sektor ini sulit bersaing.”