Bisnis.com, JAKARTA—Industri pendukung otomotif lokal mulai didekati pelaku usaha asal Thailand guna memperluas jaringan perdagangan kedua negara. Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM) berharap ini dapat memacu perkembangan bisnis pengusaha komponen kendaraan bermotor di dalam negeri.
Ketua Umum GIAMM Hadi Surjadipradja berpendapat perluasan jaringan perdagangan perlu dirintis sejak sekarang sebelum perdagangan bebas antarnegara Asean diberlakukan mulai 2015. Apalagi penetrasi yang dilakukan itu terhadap Thailand yang notabene saingan berat di industri otomotif.
Berdasarkan Analisa Frost & Sullivan, pasar otomotif Asean bakal tumbuh 5,8% selama 2012 - 2019. Pada 2019, pasar otomotif kawasan ini diproyeksikan bisa menyentuh 4,71 juta unit terpacu pesatnya perkembangan pasar otomotif di Indonesia dan Thailand.
"Pemerintah Thailand sangat menyokong perkembangan industri pendukung di sana. Saya kira dengan semakin dekatnya Asean Economic Community (AEC), perisiapan yang dilakukan Thailand sangat baik," kata Hadi di sela jumpa pers promosi pameran Metalex, di Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Menurut dia, tidak ada salahnya pemain industri komponen otomotif lebih membuka diri kepada investor asal Negeri 1000 Pagoda. Pasalnya, Thailand diperkirakan bakal terus mempertahankan posisi sebagai pusat produksi otomotif terbesar di Asean.
Pebisnis komponen dalam negeri harus dapat meningkatkan daya saing kalau tak mau gulung tikar, terutama bagi pengusaha kecil menengah lapis kedua dan tiga. Di tengah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar misalnya, bisnis mereka kian tercekat lantaran sulit menyesuaikan harga ditambah lagi persaingan dengan pebisnis komponen asing.
"Pengusaha komponen menengah [lapis kedua atau ketiga] sulit dapat penyesuaian harga karena harga jual mobil juga tidak naik.Tidak bisa disalahkan agen pemegang merek otomotif. Agar mereka bisa survive harus memiliki kemampuan teknologi atau engineering," ujar Hadi.
Di awal 2013, industri pendukung cukup positif atas kinerja hingga akhir tahun. Semangat ini cuma bertahan sampai akhir semester I/2013 tatkala penjualan mobil melampaui 700.000 unit dan motor lebih dari 4 juta unit. Tapi memasuki Agustus optimistis melemah terhimpit kondisi moneter domestik.
Dari realisasi nilai penjualan pengusaha alat-alat mobil dan motor sekitar Rp82 triliun selama 2012, diperkirakan tak ada pertumbuhan di tahun ini. GIAMM masih yakin setidaknya target penjualan kendaraan 1,1 juta unit bisa tercapai.