Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri komponen otomotif lokal belum melihat titik cerah bagi bisnisnya pada smester II/2013 setelah mengalami babak belur akibat tekanan biaya produksi yang dipicu penaikan upah minimum dan masalah perburuhan selama enam bulan pertama tahun ini.
M. Kosasih, Ketua Koperasi Industri Komponen Otomotif Indonesia (Kikko), mengatakan kinerja perusahaan selama smester I/2013 menghadapi berbagai faktor yang memicu biaya tinggi produksi mulai dari penaikan upah minimum regional, aksi demo buruh dan penurunan laba usaha.
"Penaikan upah minimum regional menjadi beban paling berat bagi industri skala kecil dan menengah komponen otomotif lokal yang menyebabkan profitnya terun, dan kondisi tersebut diperkirakan masih terjadi pada smester II/2013," katanya menjawab Bisnis di Jakarta, Minggu (7/7/2013).
Menurutnya, memasuki 6 bulan kedua tahun ini belum terlihat ada prospek yang dapat mendorong peningkatan bisnis bagi industri skala kecil dan menengah (IKM) komponen otomotif nasional sehingga beberapa diantara perusahaan lokal tersebut kondisinya hanya bertahan untuk hidup.
Apalagi, lanjutnya, penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dari Rp4.500 per liter menjadi Rp6.500 per liter untuk harga premium dan solar sebesar Rp5.500 per liter berdampak menekan kemampuan daya beli konsumen menjadi semakin lemah.
"Dampak dari penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi menyebabkan daya beli konsumen semakin lemah, sehingga banyak yang menunda pembelian atau penggantian sejumlah komponen otomotif yang tidak mendesak," katanya.
Dia mengatakan sebagian besar industri komponen otomotif lokal mencapai 70% masih memasok kebutuhan perakitan kendaraan bermotor baru atau original equipment manufactured (OEM) dan sisanya memenuhi kebutuhan after market atau komponen otomotif di luar permintaan pabrik.
Para penggusaha yang selama ini menggarap pasar OEM telah bernegosiasi dengan para mitranya, yaitu agen tunggal pemegang merek, untuk menyesuaikan harga produk agar IKM komponen otomotif lokal tidak mengalami kondisi laba menyusut secara ekstrim.
"Sebagian besar industri komponen otomotif lokal masih memasok kebutuhan original equipment manufactured, padalah potensi terbesar sesungguhnya pada after market seperti plat kopling, brake, terot, dan engine mounting yang justru mulai banyak diisi produk impor," ujarnya.