BISNIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan Chatib Basri meyakini pengembangan mobil murah hemat energi atau low cost green car akan menekan subsidi bahan bakar minyak.
Dia menepis kekhawatiran bahwa harga mobil yang murah justru meningkatkan penggunaan kendaraan bermotor, yang akhirnya membuat konsumsi BBM bersubsidi tetap tinggi.
“Kita lihat penghematan energi dari green car. Kalau kita tidak beranjak ke energy efficiency, kita akan tetap bertahan dengan kondisi kendaraan yang seperisaat ini terus,” ujarnya, Jumat (7/6/2013).
Dalam APBN 2013, belanja subsidi BBM dan elpiji 3 kg ditetapkan Rp193,81 triliun dan bertambah 8,3% menjadi Rp209,92 triliun dalam RAPBN-P 2013.
Penambahan anggaran belanja subsidi itu dilakukan seiring perubahan volume konsumsi BBM bersubsidi yang diperkirakan mencapai 48 juta kiloliter, naik dari pagu APBN 2013 sebesar 46 juta kl meskipun pemerintah telah memperhitungkan pengendalian konsumsi dengan menyesuaikan harga BBM bersubsidi.
Meskipun demikian, Chatib belum dapat menyebutkan seberapa besar potensi penghematan konsumsi BBM jika kebijakan insentif LCGC ini diterapkan.
Pemerintah telah menerbitkan PP No 41/2013 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Beleid itu memungkinkan insentif fiskal berupa pengurangan hingga pembebasan PPnBM bagi mobil murah dengan konsumsi bahan bakar irit, minimal 20 km per liter.
Aturan teknis pengurangan dan penurunan PPnBM dalam bentuk peraturan menteri keuangan masih menunggu regulasi mengenai harga jual per unit mobil yang akan diterbitkan Kementerian Perindustrian.
Chatib yang juga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ini pun meyakini kebijakan tersebut akan meningkatkan investasi di bidang industri otomotif.
Kemenperin sebelumnya mencatat adanya komitmen investasi dari lima produsen mobil senilai US$3 miliar dan 100 perusahaan komponen senilai US$3,5 miliar hingga 2014.