Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI OTOMOTIF: Laba Industri Komponen Otomotif Tergerus Lonjakan Biaya Produksi

BISNIS.COM, JAKARTA -- Pengusaha industri skala kecil dan menegah produk komponen otomotif menghadapi tekanan berat akibat margin keuntungannya semakin tergerus biaya produksi yang cenderung terus melonjak tinggi.

BISNIS.COM, JAKARTA -- Pengusaha industri skala kecil dan menegah produk komponen otomotif menghadapi tekanan berat akibat margin keuntungannya semakin tergerus biaya produksi yang cenderung terus melonjak tinggi.

M. Kosasih, Ketua Koperasi Industri Komponen Otomotif Indonesia (Kikko), mengatakan biaya produksi terus melanjonjak tinggi karena dipicu penaikan upah minimum dan harga bahan baku serta dampak ikutannya yang mulai terasa sejak awal tahun ini.

"Kandisi yang demikian sudah dibicarakan dengan agen tunggal pemegang merek yang menjadi mitra bisnisnya sehingga ada kesepakatan dalam menetapkan harga produk yang menguntungkan semua pihak," katanya di Jakarta, Minggu (10/3/2013).

Menurutnya, pengusaha industri skala kecil dan menengah (IKM) produk komponen otomotif sangat mendukung industri otomotif nasional mencapai target pertumbuhan minimal seperti tahun lalu sebanyak 1,1 juta unit dengan memasok produk yang dibutuhkan produsen kendaraan tersebut.

Dukungan IKM tersebut dilakukan dengan terus meningkatkan kualitas produk dan menjamin ketepatan waktu pengiriman kendati dengan beban biaya produksi yang semakin tinggi dan keuntungan terus menipis.

"Kami berusaha terus meningkatkan kerja sama dengan industri otomotif kendati mengalami beban biaya produksi yang semakin tinggi akibat penaikan upah minimum dan harga bahan baku yang semakin tinggi," ujarnya.

Dia menjelaskan penaikan biaya produksi komponen otomotif yang semakin tinggi menyebabkan produsen komponen anggota Kikko harus merelakan margin keuntungannya semakin kecil dengan harapan agar usahanya tetap bisa berjalan dengan lancar.

Sebab, para pengusaha produsen komponen otomotif berkomitmen untuk mempertahankan usahanya agar tetap beroperasi, terutama dengan mempertimbangkan banyak karyawan yang bekerja mencari nafkah untuk keluarga mereka.

Eksistensi industri komponen otomotif tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat menahan masuknya investor baru dari luar negeri yang melihat peluang bisnis di Indonesia kemudian beramai-ramai datang untuk menanamkan modalnya dengan membangun usaha produksi komponen otomotif.

Apalagi, lanjutnya, pertumbuhan industri otomotif yang cukup signifikan dengan kometimen agen tunggal pemegang merek untuk meningkatkan local content merupakan prospek bagi industri komponen otomotif nasional.

Kosasih mengungkapkan sebagian besar IKM lokal mencapai sekitar 70% memasok kebutuhan perakitan kendaraan bermotor baru atau original quipment manufactured dan sisanya memenuhi kebutuhan after market atau komponen otomotif di luar permintaan pabrik.

"Padalah potensi pasar industri komponen otomotif pada after market sangat besar, seperti plat kopling, brake, terot, dan engine mounting yang justru mulai banyak diisi produk impor, yang didatangkan secara konteneran kemudian dikemas di sini," katanya.

Sementara itu Ahmad M. Ramli, Direktur Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Haki) Kementrian Hukum dan HAM, sebelumnya mengatakan sekitar 30% komponen otomotif yang beredar di Indonesia diduga produk palsu, akibat selisih harga yang terlalu jauh antara produk original dan yang palsu.

"Peredaran suku cadang kendaraan di dalam negeri tergolong tinggi dengan pembeli yang dominan adalah masyarakat kelas ekonomi bawah," ujarnya.

Menurutnya, pemalsuan komponen otomotif tidak hanya merugikan produsen otomotif, tetapi juga dapat membahakan konsumen yang menggunakannya karena produk tersebut dibuat tanpa standar yang teruji

 Budi Darmadi, Direktur Jendral Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementrian Perindustrian, pernah mengatakan pemerintah menargetkan investasi komponen otomotif dapat mencampai US$1,5 miliar pada 2013 seiring dengan meningkatnya ekspansi 100 pabrikan asal Asia Timur.

"Investasi komponen otomotif untuk tier I dan tier II berasal dari Asia Timur seperti Jepang, Taiwan serta China yang diperkirakan mencapai 100 industri dengan penanaman modal sekitar US$1,5 miliar," ujarnya.

Menurutnya, investasi baru mencapai sekitar US$1,5 miliar tersebut diharapkan dapat menambah jumlah industri komponen otomotif dari sekarang sebanyak 1.400 unit menjadi 1.500 unit pada 2013 seiring dengan pertumbuhan industri kendaraan bermotor di dalam negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurudin Abdullah
Editor : Others
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper