Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Perang Dagang, Penjualan Mobil AS Bisa Ambles 2 Juta Unit pada 2025

Penjualan mobil di AS dan Kanada bahkan bisa turun hingga 7 juta unit jika tarif Trump terus berlaku hingga 2035, karena memicu perang dagang.
Pengunjung melihat mobil bekas yang di pamerkan di Jakarta. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat mobil bekas yang di pamerkan di Jakarta. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan mobil di pasar Amerika Serikat (AS) dan Kanada berpotensi turun sebanyak 1,8 juta unit hingga 2 juta unit pada 2025, jika tensi perang dagang global terus memanas. 

Proyeksi tersebut disampaikan oleh firma konsultan otomotif Telemetry Agency yang berbasis di Detroit, AS. Sebagai catatan, penjualan mobil di AS tembus sekitar 15,85 juta unit pada 2024 lalu.

Adapun, tensi perang dagang mulai memanas usai Presiden AS Donald Trump resmi memberlakukan tarif impor otomotif sebesar 25% yang mulai efektif pada 3 April 2025. Kendaraan yang diproduksi di Meksiko dan Kanada juga turut dikenakan tarif tersebut. 

"Dalam skenario terburuk, jika tarif [Trump] saat ini tetap berlaku hingga 2035, maka total penjualan kendaraan ringan di dua negara tersebut akan berkurang sekitar 7 juta unit dibandingkan proyeksi dalam kondisi tanpa konflik dagang, yang diprediksi mencapai 24,6 juta unit," tulis laporan Telemetry, dilansir dari Reuters pada Selasa (8/4/2025).

Kendati demikian, produsen yang memenuhi ketentuan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) dapat mengurangi nilai konten AS yang dikenakan tarif.

Kebijakan Trump juga turut menerapkan tarif timbal balik terhadap beberapa negara, dengan pengecualian terhadap Kanada dan Meksiko. Alhasil, kebijakan ini membuat para pabrikan mobil perlu menyesuaikan strategi produksinya.

Misalnya, General Motors (GM) meningkatkan produksi truk di fasilitas mereka di Indiana, sedangkan Stellantis, produsen Jeep, menghentikan sementara operasional dua pabrik di Meksiko dan Kanada. Kebijakan ini berdampak terhadap lima fasilitas produksi di AS yang terhubung secara rantai pasok.

Produsen otomotif lainnya seperti Ford Motor dan Stellantis juga meningkatkan insentif penjualan untuk meredam kekhawatiran konsumen terhadap lonjakan harga akibat bea masuk. 

Analis memperkirakan bahwa harga kendaraan bisa meningkat hingga ribuan dolar AS jika tarif tetap diberlakukan dalam jangka panjang.

"Keterjangkauan harga kendaraan sudah menjadi isu utama bagi konsumen," ujar Vice President of Insights Telemetry Agency, Sam Abuelsamid.

Perlu diketahui, harga rata-rata mobil baru di pasar AS saat ini sebesar US$50.000 atau sekitar Rp825 juta (asumsi kurs Rp16.500 per dolar AS). Di sisi lain, suku bunga kredit kendaraan terus mengalami kenaikan sejak pandemi Covid-19.

"Dengan penjualan yang menurun, akan terjadi PHK. Dan bahkan jika sebagian produksi dialihkan ke AS, itu tidak akan cukup untuk mengimbangi hilangnya lapangan kerja akibat cost yang lebih tinggi dan anjloknya penjualan," ujar Abuelsamid. 

Di lain sisi, meskipun pertumbuhan penjualan kendaraan listrik melambat dalam beberapa tahun terakhir, Telemetry memproyeksikan bahwa mobil listrik berbasis baterai (BEV) akan mendominasi pasar global dalam satu dekade ke depan. Total penjualan global diperkirakan mencapai 40,5 juta unit di 2035.

Di kawasan Amerika Utara, volume penjualan BEV diproyeksikan mencapai 8,8 juta unit dalam skenario tanpa konflik perdagangan dan pertumbuhan ekonomi yang solid. Proyeksi ini didorong oleh semakin banyaknya opsi kendaraan listrik jarak jauh yang tersedia di pasar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper