Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan peluang bagi Indonesia mengalahkan capaian ekspor mobil Thailand.
Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengatakan, sejauh ini memang Thailand mencatatkan ekspor mobil tertinggi di kawasan Asean. Thailand mencatatkan ekspor sebanyak 1,02 juta unit pada 2024, meskipun turun 8,8% secara tahunan.
Sementara itu, kinerja ekspor mobil Indonesia sebanyak 472.194 unit pada periode 12 bulan 2024, atau turun 6,5% dibandingkan periode sama 2023 sebanyak 505.134 unit.
Jongkie pun berharap jumlah ekspor Indonesia dapat mengalahkan Thailand seiring banyaknya merek-merek baru yang masuk ke Tanah Air. Beberapa di antaranya berasal dari China seperti BYD, AION, Jetour, hingga Jaecoo.
"Ya, ekspor Thailand memang lebih besar. Kalau bisa kita nanti meningkat dan bisa mengalahkan Thailand, dengan masuknya merek-merek baru tersebut, dan menjadikan Indonesia sebagai tempat produksi, terus ekspor dari Indonesia. Alhamdulillah kalau itu bisa mencapai semuanya," ujar Jongkie kepada Bisnis, Kamis (6/2/2025).
Adapun, penjualan mobil di Thailand mengalami penurunan drastis hingga mencapai titik terendah dalam 15 tahun terakhir. Kondisi ini semakin memperburuk reputasi negara tersebut sebagai pusat industri otomotif di Asia Tenggara.
Baca Juga
Adapun, penyebab utama anjloknya penjualan mobil di Negeri Gajah Putih itu dipicu oleh kebijakan perbankan yang lebih ketat dalam persetujuan kredit kendaraan, serta tingginya utang rumah tangga.
Berdasarkan data dari Federasi Industri Thailand, total penjualan mobil domestik sepanjang 2024 hanya mencapai 572.675 unit, atau turun 26% (year on year/YoY) dibandingkan tahun sebelumnya. Angka itu merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Di lain sisi, Gaikindo mencatat, pada Januari - Desember 2024, total penjualan mobil secara wholesales sebesar 865.723 unit atau turun 13,9% secara year-on-year (YoY) dari periode sama 2023 sebesar 1.005.802 unit.
Perlu diketahui, kinerja ekonomi Indonesia melanjutkan tren perlambatan dengan tumbuh hanya 5,03% pada 2024, lebih rendah dari pertumbuhan 5,05% pada 2023.
Dengan realisasi itu, performa pertumbuhan ekonomi 2024 juga di bawah target pemerintah 5,2%. Performa pertumbuhan ekonomi 2024 menjadi tantangan bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto-Wapres Gibran Rakabuming Raka yang menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8%.
Jongkie mengatakan para pelaku usaha turut mengharapkan ekonomi Indonesia dapat bertumbuh ke depannya, seiring dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
"Kalau 2024 kan memang sekitar 5%, tetapi pemerintah kan mencanangkan tumbuh bertahap menjadi 8%. Itu harapan kita semua. Kalau itu bisa terjadi, ya Alhamdulillah," pungkasnya.