Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perubahan Komposisi Baterai Dalam TKDN Diramal Pacu Industri Mobil Listrik RI

Hyundai menilai perubahan komposisi baterai dalam nilai TKDN mobil listrik kian memicu pertumbuhan volume produk yang beredar di Indonesia.
Rekomendasi mobil listrik murah di Indonesia./Pixabay-andreas160578
Rekomendasi mobil listrik murah di Indonesia./Pixabay-andreas160578

Bisnis.com, JAKARTA - Hyundai menilai perubahan komposisi baterai dalam nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mobil listrik kian memicu pertumbuhan volume produk yang beredar di Indonesia.

Pemerintah resmi meningkatkan perhitungan komposisi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk baterai kendaraan listrik dari yang sebelumnya hanya 35% menjadi 40%

Ketentuan ini diatur melalui penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 28/2023 tentang perubahan atas Permenperin No.6/2022 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle)

Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan masih mempelajari beleid tersebut dengan bagian terkait pengembangan mobil listrik.

“Kami juga berharap pemerintah memberikan keuntungan bagi mobil listrik yang diproduksi dalam negeri dan mobil yang memiliki emisi zero-carbon,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (4/1/2023).

Adapun, Hyundai bersama dengan LG Energy Solution tengah mengembangkan baterai mobil listrik yang akan dipasangkan untuk produk mobil listrik seperti Ioniq 5 pada semester II/2024. Sementara tahap pertama operasional diperkirakan mulai pada April 2024

Nilai investasi yang digelontorkan oleh Hyundai untuk pabrik baterai berkisar US$1,1 miliar atau setara Rp17,03 triliun (kurs jisdor Rp15.487). 

Tidak berhenti di situ, ada juga investasi senilai US$60 juta atau setara Rp929,22 miliar dalam rangka pembangunan Hyundai Energy Indonesia (HEI) untuk manufaktur sistem baterai.

Baterai yang diproduksi nantinya akan menggunakan baterai lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) lantaran Indonesia memiliki sumber daya besar untuk bahan baku Nikel dan juga Cobalt. 

Selain itu, terbuka juga kemungkinan jenis baterai yang diproduksi dapat berubah seiring berkembangnya teknologi. 

“Saat ini, pembangunan pabrik baterai masih berlanjut setelah ground-breaking tahun lalu. Diperkirakan akan dapat beroperasi penuh semester II/2024,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper