Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) belum menyarankan atau meminta merek mobil melakukan modifikasi untuk penggunaan bahan bakar bioetanol.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan ketersediaan untuk bioetanol masih belum banyak lantaran Indonesia masih kekurangan tebu untuk membuat gula, dan bergantung pada impor.
Dia mengungkapkan bioetanol sejatinya terinspirasi dari Brazil yang justru mengandalkan mesin mobil asal Indonesia. Hal ini yang membuat Indonesia juga tertarik untuk menggunakan bioetanol.
“Nanti dulu [modifikasi]. Kami lagi mencoba dulu karena bioetanol-nya sendiri belum tersedia,” ujar Nangoi di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Lebih lanjut, Nangoi mengatakan Indonesia tetap bisa menggunakan bioetanol dengan melakukan modifikasi ataupun mengganti mesin kendaraan. Hal serupa pernah dilakukan untuk mesin diesel yang menggunakan biodiesel, campuran solar dan biofuel.
“[Modifikasi] tidak terlalu susah karena sama seperti mesin diesel sedikit diganti untuk menggunakan biofuel,” tuturnya.
Baca Juga
Beberapa agen pemegang merek (APM) otomotif juga sempat menyatakan kesiapannya untuk mengonsumsi bioetanol. Salah satunya adalah Toyota yang telah memproduksi mesin bioetanol dan mengekspor ke Amerika Selatan. Bahkan, mesin mobil Toyota sudah bisa mengonsumsi bioetanol dengan kadar 10 persen (E10) tanpa mengubah spesifikasi dari mesin.
Berikutnya ada Suzuki yang produknya sudah kompatibel dengan bioetanol kadar 10 persen. Apalagi, pabrikan mobil Jepang ini sudah mencantumkan kemampuan tersebut pada buku panduan pemilik kendaraan.