Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Listrik Wuling dan Hyundai Kurang, Pemerintah Bakal Gaet BYD hingga Tesla

Produksi lokal mobil listrik Wuling dan Hyundai belum bisa menutup kebutuhan pasar.
Mobil listrik produksi Leapmotor./Bloomberg
Mobil listrik produksi Leapmotor./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melakukan pertemuan dengan sejumlah pabrikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), yakni BYD dan Chery dari China, serta Tesla dari Amerika Serikat (AS) dalam upaya menggaet investasi.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan pendekatan tersebut dilakukan lantaran kapasitas produksi mobil listrik di Tanah Air belum mampu menjawab permintaan pasar.

“Kapasitas produksi EV yang masih sangat kecil. Wuling dan Hyundai kapasitas produksinya tahun lalu tidak sampai 30.000 unit. Makanya yang mau beli harus antre karena kebutuhannya 1 juta unit,” kata Rachmat dalam salah satu diskusi di Jakarta Pusat baru-baru ini.

Dalam pertemuan tersebut, Rachmat mengungkapkan sejumlah hal yang menjadi sorotan pabrikan-pabrikan global. Di antaranya, keseriusan pemerintah dalam menjalankan program pendukung industri EV yang diakui masih di belakang negara tetangga, terutama Thailand.

Pemerintah Thailand, jelasnya, tidak hanya memberlakukan pembebasan bea masuk, melainkan juga insentif cash kepada konsumen yang diimplementasikan sejak tahun lalu.

Beberapa pabrikan mobil listrik seperti BYD, Mitsubishi Motors, dan Horizon sudah fix berinvestasi di Negeri Gajah Putih dengan kapasitas produksi total tahunan sebanyak 240.000 unit.

Kebijakan serupa juga diterapkan di Malaysia  pada Februari 2023 lalu, yang juga sudah mengunci investasi dari 2 pabrikan terkenal, yakni Mercedes Benz dan Volvo.

Di Tanah Air, pemerintah menelurkan kebijakan penurunan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 1 persen. Namun, upaya ini dinilai belum seagresif negara-negara tetangga di atas.

Sebab, harga produk EV yang dijual di dalam negeri dengan insentif yang diberikan masih sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Berdasarkan hitung-hitungan pemerintah, kata Rachmat, perbedaannya berada di kisaran 2,1 persen - 3,9 persen.

“Hal-hal seperti harga produksi yang lebih tinggi ini yang menjadi tantangan utama pemerintah pada saat keliling mengajak pemain manufaktur EV masuk ke Indonesia,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper