Bisnis.com, JAKARTA - Harga lithium sebagai bahan baku untuk baterai kendaraan listrik mengalami kenaikan sehingga membuat produsen kendaraan listrik semakin tertekan. Kenaikan harga lithium itu membuat otoritas China memerintahkan para pelaku industri utama untuk segera bertindak.
Menurut data Asian Metal Inc, lithium karbonat melonjak ke rekor baru pada Jumat, (16/9/2022) sebesar 500.500 yuan atau US$ 71.315 per ton di China. Sedangkan harga lithium hidroksida juga naik tiga kali lipat dibanding tahun lalu dan mendekati level tertinggi sepanjang masa pada bulan April.
Kenaikan harga lithium ini mengancam para produsen baterai dan produsen mobil listrik untuk mengikis keuntungan, dan mendorong para pemasok untuk menaikkan tarif mereka sendiri.
"Banyak produsen produk OEM dan baterai telah dikecewakan oleh produsen atau pemasok baru di bidang lithium dalam beberapa bulan terakhir," ujar Chief Financial Officer perusahaan bahan baku Livent, Gilerto Antoniazzi dikutip dari Bloomberg pada Selasa, (20/9/2022).
Kekhawatiran baru atas prospek pasokan dan harga lithium mendorong otoritas China untuk mengadakan pertemuan dengan para penambang lithium, penyuling, dan kelompok industri lainnya pada pekan lalu.
Para pejabat China meminta perusahaan besar untuk memastikan harga lithium tidak terlalu menyimpang dari biaya produksi, serta mendesak konsumen untuk mencapai kesepakatan jangka panjang.
Baca Juga
China juga akan membantu meningkatkan eksplorasi lithium, menstabilkan impor, dan mempromosikan daur ulang bahan mentah. Pemasok global juga memperkirakan reli harga lithium akan terus berlanjut, mengindikasikan bahan baku akan menjadi masalah yang berkepanjangan bagi industri Electric Vehicle (EV).
Untuk bulan-bulan mendatang, sektor ini mewaspadai masalah-masalah seperti pasokan listrik di China, yang saat ini masih menjadi pusat produksi sel lithium-ion dan bahan baku baterai.