Bisnis.com, TANGERANG – Kementerian Perindustrian optimistis dengan antusias masyarakat terhadap kendaraan listrik, Indonesia dapat mencapai net zero emission pada 2060.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melihat tingginya antusias masyarakat terhadap kendaraan listrik melalui pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022.
Selain itu, tumbuh kesadaran dari masyarakat untuk memiliki kendaraan yang bebas polutan sehingga permintaan akan kendaraan tersebut akan terus naik.
“Orang-orang butuh teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan bebas dari polutan. Dalam beberapa hari ini kita sudah melihat bagaimana antusiasnya orang-orang terhadap kendaraan listrik,” ujarnya dalam The 16th GAIKINDO International Automotive Conference (GIAC), Kamis (18/8/2022).
Menurutnya, sudah saatnya industri otomotif secara menyeluruh bergerak untuk membawa teknologi terbaru yang memanfaatkan energi baru dan terbarukan untuk masa depan yang lebih baik.
Berangkat dari hal tersebut, Menperin Agus menganggap bahwa electric mobility bukan sekadar memproduksi kendaraan listrik, industri otomotif, dan kelistrikan saja, tetapi juga membawa gambaran yang lebih komprehensif lebih besar tentang bagaimana teknologi yang lebih ramah lingkungan yang seharusnya.
“Indonesia sepakat dengan regulasi COP 2026 untuk memulai net zero emission pada 2060, termasuk menggunakan energi baru dan terbarukan. Termasuk menjaga produksi dan regulasi yang lebih menguntungkan untuk semuanya,” lanjutnya.
Dia menegaskan bahwa Indonesia akan mulai memproduksi mobil listrik dengan jumlah 600.000 unit mobil, truk, dan bus berbasis listrik di 2030. Sementara untuk kategori kendaraan roda dua sebanyak 3 juta unit pada periode yang sama.
“Sebagai catatan, sekarang ada 4 produsen bus listrik di Indonesia, kemudian 3 produsen mobil listrik dan 31 produsen motor listrik yang punya fasilitas produksi di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, narasumber lainnya dari Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Prasanna Ganesh dan Chief Operating Officer PT Sokonindo Automobile Franz Wang sepakat untuk menyampaikan tentang pentingnya regulasi yang juga mendukung upaya mereka dalam mempercepat produksi elektrifikasi otomotif.
Mengingat tantangan dalam hal pemasaran kendaraan listrik itu punya pendekatan dan metode yang berbeda. Sehingga dibutuhkan sokongan regulasi agar titik temu antar industri yang bermain di dalamnya juga dapat sejalan.
Seperti halnya pada beberapa hari lalu, Isuzu yang turut mempertanyakan regulasi terkait kendaraan elektrik dari pemerintah dan stakeholders demi kepentingan investasi.
Hal lain yang juga sangat berkaitan dengan percepatan elektrifikasi otomotif di tanah air adalah soal bagaimana penggunaan komponen baterai di kendaraan listrik, juga sanggup menemui ekspektasi dari calon konsumen.
Hal terpenting dari akselerasi elektrifikasi demi nol emisi, baterai menjadi kunci bagi kendaraan listrik terutama lifecycle-nya. Hal yang menjadi pekerjaan rumah setelah adalah bagaimana membuat baterai dengan masa pakai panjang dan punya kemampuan digunakan untuk kendaraan sepanjang masa pakainya.
Jika semua kondisi ini bisa berjalan sesuai dengan perencanaan berikut penerapan regulasi dan dukungan semua pihak termasuk peralihan industri menengah dan kecil, bukan angan-angan target produksi kendaraan listrik minimal 600.000 unit (untuk mobil, bus, dan truk) sertai 3 juta unit (untuk motor) di Indonesia lebih cepat tercapai.