Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perluasan Mobil Listrik Butuh Kemauan Kuat Pemerintah dan Swasta

Perluasan penggunaan mobil listrik untuk menggantikan kendaraan konvensional dapat membantu pengurangan polusi.
Hyundai Ionic EV dalam Hyundai Track Day di Sirkuit Sentul, Jawa Barat, Jumat (19/3/2021). /Bisnis-Dionisiono Damara
Hyundai Ionic EV dalam Hyundai Track Day di Sirkuit Sentul, Jawa Barat, Jumat (19/3/2021). /Bisnis-Dionisiono Damara

Bisnis.com, JAKARTA – Hyundai Motor Company (HMC) menilai perluasan mobil listrik berbasis baterai di Indonesia mesti dibarengi oleh kemauan kuat antarpihak.

Tae-Uhn Kim, Vice President Business Strategy Planning HMC, dalam acara The Economist Indonesia Summit, mengatakan bahwa tanpa kemauan kuat dari pemerintah dan swasta, langkah menuju pertumbuhan ekonomi hijau tidak akan tercapai.

“Langkah menuju pertumbuhan ekonomi yang hijau adalah perubahan paradigma yang tidak mungkin terwujud tanpa kemauan kuat, baik dari pemerintah maupun sektor swasta,” ujar Kim, Rabu (31/3/2021).

Dia menilai pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang tepat dengan dukungan penuh dari industri. “Kolaborasi yang kuat adalah suatu keharusan untuk terus mendorong adopsi dan penggunaan BEV [battery electric vehicle] secara lebih luas.” ujarnya.

Menurutnya, dengan memperluas penggunaan BEV untuk menggantikan kendaraan konvensional dapat membantu pengurangan polusi. Pada saat bersamaan, juga mendukung Indonesia dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang kuat dan ramah lingkungan.

Kim menambahkan bahwa pemerintah Indonesia telah memulai kebijakan pendukung untuk kendaraan rendah emisi karbon atau low carbon emission vehicles (LCEV) yang mencakup hibrida (HEV) dan plug-in hybrid (PHEV).

“Jenis kendaraan tersebut memiliki peran utama sebagai titik transisi akan adopsi kendaraan listrik secara penuh yang nantinya akan mendukung lebih lanjut untuk lingkungan yang lebih bersih,” pungkasnya.

Dia menuturkan bahwa pergeseran ini sejalan dengan konsensus global dalam upaya untuk mengurangi jejak karbon atau carbon footprint dunia, sekaligus mengurangi dampak dari perubahan iklim.

Tindakan global tersebut tidak hanya untuk mengikuti arahan dari Paris Climate Accord, tetapi juga selaras dengan persepsi global bahwa dampak perubahan iklim dapat mencapai titik kritis, jika tren saat ini terus berlanjut.

“Diskusi seputar pemulihan ekonomi pasca pandemi harus untuk dilakukan serta pentingnya menciptakan pola pikir membangun kembali lebih hijau daripada hanya sekadar membangun kembali,” tutur Kim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dionisio Damara
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper