Bisnis.com, JAKARTA — Komisi Eropa menargetkan 30 juta kendaraan listrik dalam satu dekade ke depan mengaspal di jalanan. Hal ini pun memaksa industri otomotif Eropa untuk mempercepat transformasi secara besar-besaran.
Target tersebut masuk dalam draf dokumen strategi yang diperoleh Bloomberg News. Rencananya, draf itu akan terbit pekan depan. Target tersebut sangat ambisius mengingat saat ini baru ada 1,4 juta kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Eropa.
“Kami perlu membuat semua moda transportasi berkelanjutan untuk memenuhi tujuan iklim dan memungkinkan perusahaan Eropa untuk tetap menjadi pemimpin industri,” tulis draf dokumen tersebut, seperti yang diberitakan Bloomberg.
Para peneliti memperkirakan bahwa dengan target tersebut akan ada 28 juta kendaraan plug-in hybrid dan baterai listrik di jalan raya Eropa pada tahun 2028.
Di sisi lain, rencana Komisi Eropa itu akan memetakan target bagi sektor transportasi yang lebih luas. Seperti halnya lalu lintas kereta menjadi dua kali lebih cepat pada 2030, untuk perjalanan terjadwal di bawah 300 km menjadi netral karbon.
Selain itu, pesawat dan kapal besar harus mempersiapkan diri tanpa emisi untuk menyambut pasar otomotif pada 2035. Komisi Eropa juga akan merevisi standar karbon dioksida untuk mobil dan van pada Juni 2021, dan untuk kendaraan tugas berat pada 2022.
Baca Juga
Proposal untuk industri transportasi ini datang di tengah perselisihan yang terjadi antaranggota Uni Eropa atas rencana memperkuat target pengurangan emisi 2030 menjadi setidaknya 55 persen pada akhir dekade.
Jika melihat lebih jauh ke depan, sasaran dari Komisi Eropa juga mencakup pelipatgandaan lalu lintas kereta api barang dan lalu lintas kereta berkecepatan tinggi.
Oleh karena itu, peta jalan ini diharapkan menjadi rancangan undang-undang dalam beberapa bulan mendatang.
Dari sisi pelaku industri, produsen pesawat Airbus SE telah meluncurkan tiga kemungkinan desain pesawat bertenaga hidrogen. Langkah ini dilakukan guna berlomba membawa layanan pesawat penumpang nol karbon pada 2035.
Perusahaan berada di bawah tekanan dari Pemerintah Prancis dan Jerman, yang merupakan pemegang saham terbesarnya, untuk mempercepat pengembangan pesawat baru.