Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CEO VW Melihat Biden Lebih Sinkron dengan Strategi Mobil Listrik

Bos Volkswagen AG dengan hati-hati membahas masalah penuh politik kepresidenan AS, mengatakan bahwa pembuat mobil itu mungkin lebih cocok dengan pemerintahan Joe Biden sambil membicarakan urusan perusahaan dengan Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden. VW berencana membangun jajaran kendaraan listrik terbesar di dunia, termasuk memproduksi baterai dan crossover ID.4 di kompleks produksinya yang berkembang di Tennessee. /Bloomberg
Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden. VW berencana membangun jajaran kendaraan listrik terbesar di dunia, termasuk memproduksi baterai dan crossover ID.4 di kompleks produksinya yang berkembang di Tennessee. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pabrikan kendaraan listrik barangkali merasa lega dengan kemenangan Joe Biden dalam kontenstasi Pilpres AS 2020. Setidaknya bagi Volkswagen yang menilai kandidat dari Partai Demokrat itu lebih prospektif bagi kendaraan terelektrifikasi.

Bos Volkswagen AG dengan hati-hati membahas masalah penuh politik kepresidenan AS, mengatakan bahwa pembuat mobil itu mungkin lebih cocok dengan pemerintahan Joe Biden sambil membicarakan urusan perusahaan dengan Donald Trump.

“Program Demokrat mungkin akan lebih selaras dengan strategi kami di seluruh dunia, yang benar-benar memerangi perubahan iklim, menjadi listrik,” kata Herbert Diess, Kepala Eksekutif Produsen Mobil Terbesar Dunia, dalam acara virtual Bloomberg News.

Konon, VW membangun "hubungan yang benar-benar amanah dengan pemerintahan dan pemerintahan Trump," kata Diess, Kamis (5/11/2020). “Kami juga berkontribusi banyak untuk membangun Amerika.”

Diess, 62 tahun, mempertimbangkan Biden di ambang mendapatkan cukup suara untuk mengambil alih Gedung Putih dari Trump, yang sangat kritis terhadap kontribusi industri mobil terhadap ketidakseimbangan perdagangan Amerika dengan Jerman.

Rencana VW untuk membangun jajaran kendaraan listrik terbesar di dunia termasuk memproduksi baterai dan crossover ID.4 di kompleks produksinya yang berkembang di Tennessee.

"Program Demokrat akan lebih selaras dengan strategi kami di seluruh dunia untuk memerangi perubahan iklim agar menjadi listrik," katanya seperti dikutip greencarreports.com.

Sementara itu, Kepresidenan Trump dinilai kerap menjadi ujian bagi mobil listrik. Trump pada 2019 mengusulkan menghilangkan kredit pajak kendaraan listrik senilai US$7.500. Namun hal itu tidak terjadi lantaran pada Desember lalu kredit itu justru hampir diperluas dan diperpanjang, dengan dukungan bipartisan, sebagai bagian dari tagihan pengeluaran federal, Gedung Putih dilaporkan menginginkan pemotongan itu.

Trump tahun lalu di Michigan mengolok-olok driving range mobil listrik, dan kurang dari dua tahun lalu mengatakan bahwa "semua-listrik tidak akan berhasil," dengan tajam mengkritik rencana GM untuk fokus ke masa depan yang serba listrik sebagai "kesalahan."

Di sisi lain, seperti dikutip cleantechnica.com, Joseph Biden ingin meningkatkan kredit pajak EV. Ia sebelumnya berjanji akan melakukan beberapa hal untuk industri kendaraan listrik apabila terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.

Selain mendorong stasiun pengisian listrik di seluruh negeri, tetapi dia juga memiliki beberapa proposal pajak terkait dengan kendaraan listrik.

Pertama, menghapus pabrikan pada kredit pajak EV US$7500. Saat ini hanya Tesla dan GM yang mencapai batas tersebut, artinya pembeli mobil listrik Tesla dan GM tidak lagi mendapatkan kredit pajak.

Kedua, memulihkan kredit pajak secara permanen untuk kendaraan listrik buatan AS.

Ketiga, mempersempit untuk pembeli "berpenghasilan menengah" atau lebih rendah, yang berarti orang-orang dengan pendapatan tahunan kurang dari US$250.000.

Keempat, subsidi bahan bakar fosil dipotong. Biden tampaknya menjadikan tindakan iklim sebagai salah satu dari dua bidang fokus utamanya.

Saat berbicara tentang kebijakan lingkungan, mantan wakil presiden itu mengatakan upaya kendaraan listrik akan menghemat "miliaran galon minyak" dan membantu menciptakan 1 juta pekerjaan di industri otomotif.

"Pada akhirnya, ini adalah keputusan yang harus diambil Amerika," kata Diess. “Kami hanya bisa menonton dan kami harus beradaptasi.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper