Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mendata produksi dan penjualan industri otomotif terjun bebas pada kuartal II/2020 yang menyebabkan pertumbuhan industri alat angkutan anjlok paling dalam di antara sembilan subsektor industri pengolahan non migas.
BPS mencatat industri otomotif hanya mampu menjual mobil sebanyak 24.042 unit atau lebih rendah 89,44 persen pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, penjualan sepeda motor hanya mencapai 313.625 unit atau merosot 79,70 persen secara tahunan.
"Penjualan motor direpresentasikan kalangan [konsumen] menengah-bawah, dan kalau dilihat memang dampak [pandemi] Covid-19 ini lebih besar ke [konsumen] menengah-bawah. Ada dampaknya ke menengah atas, tapi tidak sedalam [konsumen menengah-bawah]," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).
Di samping itu, industri otomotif hanya mampu memproduksi 41.250 unit mobil atau lebih rendah 85,02 persen secara tahunan. Suharianto menilai hal tersebut merupakan pendorong penurunan laju pertumbuhan industri alat angkutan hingga 34,29 persen pada kuartal II/2020.
Pada akhir semester I/2020, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendata saat ini gudang industri otomotif telah penuh. Adapun, pabrikan otomotif saat ini hanya berfungsi 30 persen dari total kapasitas lantaran permintaan domestik sudah dapat dipenuhi hingga kuartal IV/2020 dari produk yang tersimpan di gudang.
Di sisi lain, Asosiasi Pengusahan Ban Indonesia (APBI) mencatat utilitas industri ban nasional saat ini berada di ambang batas atau di posisi 40 persen. Pasalnya, aat ini industri ban hanya memenuhi pasar purnajual lokal karena pasar ekspor industri ban anjlok lantaran utilitas industri otomotif yang terpuruk.
Baca Juga
"Kami harus memasok apa yang konsumen butuhkan bukan yang konsumen ingnkan. Pasti kami [akan mengalami] cash drain. Oleh karena itu, biar kami bisa lancar perlu [fasilitas kredit dari] bank," ujar Ketua umum APBI Azis Pane belum lama ini.
Azis mendata utilitas industri ban nasional saat ini turun ke bawah level 60 persen. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh tertundanya ekspor ban dalam bentuk ban maupun suku cadang otomotif dan berhentinya penjualan domestik