Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan ritel kendaraan Toyota mengalami peningkatan pada Oktober, didorong oleh kontribusi penjualan model mobil multiguna atau multi purpose vehicle (MVP).
Berdasarkan data dari PT Toyota Astra Motor (TAM), total penjualan ritel Toyota mencapai sekitar 28.600 unit. Dibandingkan bulan sebelumnya, penjualan ini tercatat mengalami peningkatan sebesar 2.000 unit, atau naik 7,51% dibanidingkan bulan sebelumnya.
Kendati demikian, penjualan secara wholesale atau penjualan dari pabrik ke dealer mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Total penjualan wholesale tercatat sekitar 30.900 unit, turun 2,83% dibandingkan September.
Penjulaan ritel pada Oktober didorong oleh penjualan model-model MPV seperti Avanza sebanyak 7.800 unit, Rush (4.400 unit), Kijang Inova (4.600 unit), dan Calya (4.500 unit). Penjualan ritel seluruh model ini mencapai sekitar 21.300 unit, atau setara 74,47% penjualan Toyota pada Oktober.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjo Pranoto mengatakan bahwa kinerja penjualan ini menunjukkan bahwa model MPV merupakan salah satu model yang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
“Dominasi model MPV seperti Avanza, Calya, dan Kijang Innova menegaskan bahwa MPV memang kendaraan yang sangat sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kami mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga atas kepercayaan seluruh masyarakat Indonesia,” katanya, Minggu (3/11/2019).
Baca Juga
Secara umum dia mengatakan penjualan pada Oktober menjadi indikasi positif mulai menggeliatnya pasar menjelang penutupan tahun ini. Dia mengharapkan penjualan kendaraan secara industri tetap dapat menembus 1 juta unit pada akhir 2019.
“Kami sangat berharap November dan Desember penjualan bisa bagus. Secara pasar, kalau bisa pertahankan 1 juta unit, itu sudah satu hal yang sangat positif, hal ini menjadi modal yang bagus untuk menghadapi tahun depan, supaya tidak terjadi grogi menghadapi resesi global,” tuturnya.
Kendati demikian, dia memproyeksikan kondisi pasar pada tahun depan bakal lebih sulit daripada tahun ini. Faktor kondisi ekonomi global, geopolitik, dan tren proteksionisme dikhawatirkan akan semakin menjadi tantangan pada 2020.