Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menyatakan harga kendaraan listrik berbasis baterai lebih mahal dibandingkan hibrida lantaran harga baterai yang masih mahal. Namun, biaya operasional kendaraan listrik baterai akan lebih murah dibandingkan hibrida.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, dalam rancangan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) sudah diatur secara jelas di mana semakin rendah emisi, semakin efisien akan dikenakan tarif PPnBM yang lebih kecil.
"Kalau apakah lebih murah battery electric vehicle [BEV], jangan hanya dilihat saat membeli, lihat juga saat mengoperasikan atau total cost ownership [TCO]," ujarnya di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Putu tidak menampik jika harga kendaraan BEV bakal sedikit lebih mahal dibandingkan dengan hibrida. Harga BEV menurutnya masih terjangkau oleh konsumen Tanah Air.
Dia mengatakan sesuai dengan kajian enam universitas, mobil listrik hibrida lebih cocok untuk Indonesia karena infrastruktur yang masih terbatas tetapi mampu efisien dalam konsumsi bahan bakar.
“Jadi TCO-nya yang dilihat, BEV nanti jauh lebih murah. Harga BEV lebih mahal sedikit, tapi masih terjangkau, hemat 50% hybrid, 70% PHEV,” katanya.
Adapun, salah satu rekomendasi kajian enam universitas ialah implementasi kendaraan listrik harus paralel untuk semua jenis kendaraan listrik. Hal itu bertujuan mengakomodasi kebutuhan konsumen Tanah Air sekaligus membantu menekan impor bahan bakar.
Kendaraan hibrida (hybrid electric vehicle/HEV), hibrida colokan (plug-in hybrid electric vehicle/PHEV) dapat dipakai sebagai pionir karena minimnya infrastruktur charging station. Di sisi lain, BEV juga dapat menjadi pilihan konsumen khususnya untuk kendaraan kedua di perkotaan sehingga tidak khawatir terkait tempat pengisian daya listrik.