Bisnis.com, JAKARTA—Harmonisasi tarif pajak kendaraan bermotor diprediksi menciptakan investasi baru pada sektor otomotif. Investasi tidak hanya dilakukan oleh pendatang baru, tetapi juga merek yang telah beroperasi di Tanah Air.
Saat ini pelaku usaha sektor otomotif tengah menunggu harmonisasi tarif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) dan atauran kendaraan listrik yang tengah dimatangkan pemerintah. Tarif PPnBM baru tersebut diusulkan berdasarkan emisi dan konsumsi bahan bakar.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan, Kementerian Perindustrian telah menggariskan arah pengembangan kendaraan ialah menuju lebih hemat bahan bakar dan emisi yang lebih bersih.
"Dengan dua kondisi itu, mau tidak mau industri otomotif kita akan masuk kepada industri otomotif yang lebih maju yaitu mobil hybrid, yang mana 1 liter bahan bakar bisa 20 km hingga 25 km sehingga emisi juga lebih rendah," ujarnya di Jakarta, Selasa (14/5/2019) malam.
Nangoi menuturkan, selain model kendaraan hibrida, kendaran lain yang ramah lingkungan ialah model plug-in hybrid yang lebih efisien dalam konsumsi bahan bakar hingga model kendaraan listrik berbasis baterai.
Dia mengatakan, sejauh ini terdapat beberapa merek baru yang mendekati Gaikindo untuk menjajaki kemungkinan beinvestasi di Indonesia. Merek itu antara lain berasal dari China, Eropa, Rusia dan Korea.
"Kami sudah di-approach beberapa perusahan dari Eropa, Rusia dan lainnya. Tapi mana yang jelas? Belum jelas, mudah-mudahan yang dari Korea segera," paparnya.
Adapun, merek Korea yang santer dikabarkan akan melakukan investasi di Tanah Air ialah Hyundai. Dia berharap, Hyundai dapat merealiasikan investasi di dalam negeri pada tahun ini karena telah memasuki tahap akhir.
Dia menambahkan, BYD merek asal China juga berencana untuk berinvestasi mengembangkan kendaraan listrik di dalam negeri. Adapun, merek Rusia lebih menyasar kendaraan komersial . "Kalau yang dari Rusia itu kelihatannya komersil, yang dari China itu belum rasanya untuk tahun ini [direalisasikan]."
Nangoi melanjutkan, Gaikindo berharap aturan baru emisi pajak dan lainnya bisa segera dirilis pemerintah sehingga pasar domestik bisa lebih berkembang baik dari sisi model kendaraan hingga jenis mesin seperti hibrida.
Seperti diketahui, pemerintah dalam peta jalan industri otomotif nasional mencanangkan 20% dari total produksi kendaraan pada 2025 merupakan model kendaraan listrik. Untuk itu pemerintah menggulirkan program low carbon emission vehicle (LCEV) yang terdiri dari tiga subprogram yakni kendaraan hemat energi harga terjangkau (KBH2/LCGC), electrified vehicle dan flexy engine.
Sejauh ini, pabrikan dalam negeri baru bisa memproduksi low cost green car (LCGC), sementara kendaraan listrik baik itu hibrida ataupun batarai masih diimpor dari negera lain.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono mengatakan, Toyota siap memproduksi kendaraan bermesin hibrida pada 2022. Saat ini, perusahaan tengah menunggu detail regulasi terkait mobil listrik.
"Termasuk di dalamnya kan itu EV, bukan hanya ICE. Kami lihat dulu 2022. Kami 2022 akan produksi hibryd, nanti kita lihat saat itu,"ujarnya di sela-sela pembukaan IIMS 2019.
Warih bependapat, salah satu tujuan pengembangan kendaraan listrik ialah mengurangi impor bahan bakar fosil tetapi di sisi lain jangan sampai impor komponen kendaraan listrik naik. TMMIN saat ini terus mempersiapkan hilirisasi industri komponen untuk memproduksi kendaraan listrik di dalam negeri.
"Kalau industri komponen lain tetap sama, hanya komponen industri EV ini yang kami terus siapkan," tambahnya.