Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah mengembangkan bahan bakar minyak ramah lingkungan (green fuel) disambut baik oleh pelaku industri otomotif. Pasalnya, Indonesia memiliki beragam sumber green fuel, sementara dari spesifikasi mesin tidak perlu perubahan yang signifikan.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan, arah pemerintah sangat jelas yakni kendaraan ramah lingkungan dan hemat bahan bakar. Green fuel merupakan salah satu alternatif teknologi untuk mamanfaatkan sumber daya energi baru terbarukan.
"Selain kendaraan listrik ada juga alternatif lain. Biarkan pada teknisi melakukan riset kendaraan yang terbaik buat dunia dan Indonesia. Pemeritah sangat bijaksana untuk mengikuti perkembangan teknologi," ujarnya di Jakarta, Selasa (25/2/2019).
Nangoi menuturkan, bagi pelaku industri otomotif jika membangun kendaraan dengan bahan bakar yang spesifik membutuhkan investasi yang sangat besar sehingga harga bakal menjadi mahal.
Namun, jika memanfaatkan teknologi kendaraan yang sudah ada dengan berbagai cara bisa menggunakan green fuel akan lebih terjangkau.
Dia mencontohkan penerapan biodiesel 20% (B20) tidak membuat pabrikan membangun mesin baru tetapi memanfaatkan kendaraan yang sudah ada. Hingga sejauh ini, klaimnya, tidak ada masalah dengan B20.
"Kalau kami buat mobil khusus dengan bahan bakar khusus maka sangat mahal," tambahnya.
Seperti diketahui, produksi kendaraan dengan standar global menjadi perhatian utama pelaku industri karena kendaraan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Adapun, Brazil menjadi salah satu negara yang telah menggunakan kendaraan dengan mesin yang menggunakan bahan bakar etanol.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mendorong Pertamina untuk membangun kilang green fuel untuk mengganti bahan bakar solar untuk kendaraan bermesin diesel.
Keberadaan kilang green fuel akan mendorong konsumsi CPO di dalam negeri, dengan kalkulasi kasar 200.000 barel per hari. Dengan begitu, produsen sawit akan mendapatkan kepastian serapan CPO di dalam negeri tanpa harus menggantungkan diri pada ekspor.
“Produksi sawit Indonesia sebanyak 46 juta ton, sedangkan minyak diesel kebutuhannya 120.000 ton per hari [800.000 barel per hari] kalau dikalkulasi dalam setahun jumlahnya sekitar 36 juta ton. Dengan begini kan bisa meningkatkan harga sawit di tingkat yang wajar,” ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan (Bisnis.com, 31/1).
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto sebelumnya mengatakan, pemerintah sangat fokus terkait energy security dengan dua pendekatan yakni kendaraan listrik dan mengoptimalkan sumber energi baru lainnya seperti minyak sawit.
"Kami tidak batasi pada satu teknologi, selain kendaraan listrik, kami juga dorong pengembangan teknologi lain yang memanfaatkan biofuel," ujarnya baru-baru ini.