Bisnis.com, SINGAPURA – Kepemilikan mobil listrik di Asia Tenggara masih tergolong rendah. Meskipun demikian, konsumen di kawasan ini menyadari perbedaan antara teknologi seperti kendaraan listrik baterai (BEV), hibrida plug-in, dan kendaraan Nissan e-Power.
Demikian salah satu hasil temuan studi Nissan berjudul "Masa Depan Mobil Listrik di Asia Tenggara." Studi dilakukan Frost & Sullivan pada Januari 2018 di enam negara, yakni Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina.
Temuan yang didasarkan pada 1.800 tanggapan pelanggan secara daring dan diskusi tatap muka tersebut dirilis di acara Nisssan Future pada Selasa (6/1/2018) di Singapura. Nissan Futures adalah sebuah pertemuan para pemimpin industri, pejabat pemerintah, dan media.
Menurut hasil studi tersebut, pemahaman tertinggi terhadap kendaraan listrik adalah untuk mobil berbasis bateri atau battery electric vehicle (BEV) yakni mencapai 83%.
Sementara itu, konsumen di Singapura, Indonesia dan Vietnam paling banyak berevolusi dalam pemahaman mereka dengan BEV. Kehadiran signifikan hibrida penuh di Malaysia dan Thailand mengalahkan pemahaman terhadap mobil listrik dengan teknologi hibrida.