Bisnis.com, JAKARTA – Toyota Motor Corp, produsen mobil terbesar Jepang dari volume penjualan, telah jatuh ke posisi ketiga di antara produsen mobil Jepang lainnya di China. Para ahli menduga hal ini terjadi karena kurangnya lini produk SUV (sport utility vehicle) crossover.
Hingga Oktober, Honda Motor Co dan Nissan Motor Co mengalahkan penjualan Toyota di China, pasar mobil terbesar di dunia. Penjualan Toyota dalam 10 bulan pertama tahun ini mencapai 1,07 juta unit kendaraan. Sementara itu Nissan dan Honda, secara berurutan menjual 1,17 juta unit dan 1,16 juta unit pada periode yang sama.
Honda selama periode tersebut memanfaatkan percepatan pertumbuhan SUV crossover di China. Penjualan Honda mulai tumbuh relatif cepat dan lebih konsisten sejak 2015, setelah meluncurkan 2 model SUV crossover pada akhir 2014.
Meskipun pertumbuhan volume dari kedua model ini - XR-V dan Vezel - melambat baru-baru ini, celah itu kemudian diisi oleh mobil Civic yang didesain ulang. Civic hadir di pasar China pada April tahun lalu.
Namun, Yale Zhang, kepala konsultan Foresight Otomotif yang berbasis di Shanghai, tidak terlalu pesimistis dengan prospek penjualan Toyota.
"Sedan kompak Toyota, terutama versi hibrida, Corolla dan Levin, berjalan dengan baik. Ini akan memberikan Toyota pertumbuhan moderat pada 2017 dan tahun depan," kata Zhang, dikutip Reuters, Sabtu (4/11/2017).
Baca Juga
Menurut Zhang, apabila Toyota memiliki SUV crossover seperti Honda Vezel dan XR-V, perusahaan berpotensi mendapatkan tambahan volume sekitar 150.000 unit sepanjang tahun.
Pejabat pemasaran dan periklanan Toyota mengatakan bahwa SUV crossover Toyota CH-R akan masuk pasar Cina sekitar medio 2018. Namun, hal ini tidak dapat dipastikan karena dia tidak memiliki wewenang untuk memastikan hal tersebut ke publik.
Adapun soal posisi Toyota di pasar China, dia tidak menjawab secara spesifik.
“Kami ingin terus tumbuh dengan stabil di pasar China,: kata seorang juru bicara yang berbasis di Beijing.