Bisnis.com, JAKARTA - Laba Toyota Motor Corporation diprediksi akan turun 0,25% menjadi 1,7 triliun yen atau senilai US$15,1 miliar untuk periode fiskal tahunan yang berakhir pada bulan depan.
Kondisi itu terjadi di tengah penguatan mata uang yen dan lesunya permintaan terhadap mobil penumpang di pasar AS.
Sebelumnya, Toyota juga harus melepaskan predikat produsen dengan penjualan tertinggi di dunia untuk periode 2016 dan menyerahkannya kepada produsen otomotif asal Jerman, Volkswagen AG.
Tidak hanya itu, sikap oposisi Presiden AS Donald Trump terhadap impor kendaraan semakin mempersulit ‘tugas’ President Toyota Motor Corp., Akio Toyoda.
Saat ini, Toyota telah menggelontorkan investasi senilai USD 22 miliar di AS dan berencana menambahnya sebesar lebih dari USD 1 miliar untuk menambah enam pabrik baru di sejumlah negara bagian AS.
“Industri otomotif Jepang tidak cukup menempatkan berbagai operasi perusahaan di pasar AS, yang merupakan destinasi penjualan terbesar (bagi industri otomotif Jepang),” ungkap Nakanishi, seorang analis Jefferies Group LLC yang berbasis di Tokyo.
Sebelumnya, Trump sempat menyebutkan Toyota di dalam ‘cuitan’-nya di akun Twitter atas rencananya membangun pabrik di Meksiko untuk memproduksi generasi terbaru Toyota Corolla, yang menjadi model unggulan Toyota dan mengancamnya dengan pajak perbatasan yang tinggi. Namun, pihak Toyota tidak menunjukkan adanya tanda-tanda mundur dari rencana investasi tersebut.
Investasi US$10 Miliar
Toyota dinilai memiliki peran besar di pasar AS yaitu menyumbang 38% dari total pendapatan di Amerika Utara. Namun kini, pihak Toyota maupun Jepang telah menanggapi ‘bola panas’ politik yang dilontarkan pemerintah Trump yang berencana untuk menghidupkan kembali manufaktur lokal AS.
Toyota telah menyampaikan kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk agenda kunjungannya ke AS, bahwa pihak Toyota akan menginvestasikan US$10 miliar dalam lima tahun ke depan. Sekitar 75% dari onderdil yang digunakan dalam merakit model Toyota Camry di pasar AS diproduksi secara lokal di Jepang.
Di lain pihak, Toyota juga melihat bahwa penjualan di pasar AS masih akan sulit untuk model mobil penumpang dikarenakan bergesernya preferensi masyarakat ke jenis truk dan SUV serta semakin intenssifnya persaingan di pasar otomotif. Hal tersebut diungkapkan oleh Managing Officer Tetsuya Otake.